di balik pintu
istana, sumber segala pidana
Ketika presiden aktif 2014-2019
menujuk salah satu pembantunya, menjadi ketua tim sukses pilpres 2019, wajar. Netralitas
pembantu presiden tidak dituntut, yang dituntut adalah loyalitas. Inipun berjalan
otomatis.
Pembantu presiden dari orang
partai yang seolah berseberangan dengan pemerintah, sudah tahu diri. Dari unsur
profesional, memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin. Apalagi jika sang presiden
ada niat dan minat lanjut ke periode terakhir.
Tak salah dengan nasihat ulama, “jangan
dekati pintu penguasa”. Bukan ada apa di balik pintu penguasa. Kejadian yang
masih hangat sekarang, bukan sekedar larangan rangkap jabatan, sebagai bukti
modus apa saja yang bisa terjadi di balik pintu istana presiden, sebagai
penguasa tunggal negara.
Namanya politik, mau tak mau,
siapa pun akan ikut irama politik di sangkar emas. Etis atau tidak etis,yang penting
bisa mendapat manfaat ganda. Selama diyakini masih dalam koridor panggilan
tugas atau menjalankan perintah atasan. Tepatnya sebagai melaksanakan perintah
jabatan.
Ingat akan adagium “Id damnum dat qui iubet dare; eius vero nulla culpa
est, cui parere necesse sit”. Pertanggungjawaban tidak akan
diminta dari mereka yang patuh melaksanakan perintah, melainkan kepada mereka
yang memberi perintah. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar