Halaman

Kamis, 15 Maret 2018

di balik pintu istana, sumber segala pidana



di balik pintu istana, sumber segala pidana

Ketika presiden aktif 2014-2019 menujuk salah satu pembantunya, menjadi ketua tim sukses pilpres 2019, wajar. Netralitas pembantu presiden tidak dituntut, yang dituntut adalah loyalitas. Inipun berjalan otomatis.

Pembantu presiden dari orang partai yang seolah berseberangan dengan pemerintah, sudah tahu diri. Dari unsur profesional, memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin. Apalagi jika sang presiden ada niat dan minat lanjut ke periode terakhir.

Tak salah dengan nasihat ulama, “jangan dekati pintu penguasa”. Bukan ada apa di balik pintu penguasa. Kejadian yang masih hangat sekarang, bukan sekedar larangan rangkap jabatan, sebagai bukti modus apa saja yang bisa terjadi di balik pintu istana presiden, sebagai penguasa tunggal negara.

Namanya politik, mau tak mau, siapa pun akan ikut irama politik di sangkar emas. Etis atau tidak etis,yang penting bisa mendapat manfaat ganda. Selama diyakini masih dalam koridor panggilan tugas atau menjalankan perintah atasan. Tepatnya sebagai melaksanakan perintah jabatan.

Ingat akan adagium “Id damnum dat qui iubet dare; eius vero nulla culpa est, cui parere necesse sit”. Pertanggungjawaban tidak akan diminta dari mereka yang patuh melaksanakan perintah, melainkan kepada mereka yang memberi perintah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar