mengacu
dan berkaca pada tulisan sendiri
Hakikat “bukti tertulis” sudah saya
rasakan kebenarannya, manfaatnya. Beda makna dengan yang dimaksud oleh hukum
dan peradilan. Kudapat malah secata tak sengaja. Suntuk mau menulis, agak
terganggu dengan substansi. Takut kalau sudah ada tulisan yang lebih cerdas.
Hidup ini memang sekali. Tak akan
berulang. Namun selagi masih merasa ada waktu untuk memperbaiki masa lalu –
sudah tak mungkin – minimal jangan mengulangan kesalahan dan dosa yang sama. Butuh
pengawasan. Justru inilah mengapa kita acap mengabaikan ada yang Maha
Mengetahui.
Niat sebagai dasar moral untuk
bertindak, action. Ditindaklanjuti dengan ucap basmalaah,
langsung melangkah. Manusia wajib berusaha, berupaya, berikhtiar. Peras keringat,
cuci otak. Sampai mati betulan. Soal hasil akhir, raihan, perolehan, menjadi
hak prerogatif Allah swt.
Abaikan komen yang bak “anjing
menggonggong”. Menulis hanya untuk menulis. Soal tidak ada yang baca, tetaplah menulis.
Yakin, masih ada ratusan juta penduduk Indonesia yang tidak buta huruf.
Kalau berawal dari niat, atau bahkan
mau dakwah liwat tulisan, mantapkan diri. Perbanyak baca buku agama Islam.
Ikuti tausyiah. Karena dengan mendengar, akan lebih ‘masuk’ disbanding membaca.
Asah keterampilan tangan dengan
dialog, diskusi, debat. Kalau ambil peran sebagai pendengar yang bijak, siap
rekam di hati. Jadikan hati in lapang, siap meneripa asupan gizi rohani.
Berkat tekonologi. Memanfaatkan internet
untuk jelajah dan cari topik, tema tertentu. Uniknya, malah terkadang menemukan
tulisan sendiri. Bangganya, kalau ternyata di tayangkan di laman pihak lain. Wajar,
kalau olah kata ditayangkan, ditampilkan di blogspot pribadi.
Bersyukur, masih berkesempatan
memperbaiki kekurangan pada tulisan yang lalu. Allah swt masih memberi “peluang”
untuk memperbaiki tulisan, yang mana mungkin
si pembaca malah bertambah bego. Dosa akibat tulisan menjadikan orang
lain mendapat sesuatu yang salah.
Kata ustadz, kalau membaca untuk
cari ilmu agama secara otodidak, jangan hanya ke satu guru. Maksudnya, jangan
hanya mengacu ke satu penulis. Soal ternyata tulisan saya tampak lebih cerdas. Alhamdulillah.
[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar