rumah makan
politik, ambil kuah dihitung lauk satu piring
Pengusaha politik skala rumah tangga
pun, tak mau merugi. Paribasan tuna sathak bathi sanak
= rugi pétungan (dhuwit, bandha), nanging bathi pasaduluran, tambah sedulur, tidak berlaku. Seribu demi
seribu dikolek secara tekun, jangan sampai ada yang terliwati.
Sebegitunya. Memang begitulah prinsip
manusia ekonomi saat bertransaksi urusan dunia. Diramu dengan mental manusia
politik atau berfikir cari aman, maka segala cara menjadi halal, legal dan
masuk akal.
Makanan cepat saji. Ajang pesta
demokrasi menjadi incaran. Kontingen pemakan datang. Langsung digiring ke meja
yang masih kosong. Minimal bekas orang. Piring kotor masih nongkrong.
Pelayan tanpa tanya, langsung
membersihkan meja. Pelayan lain langsung menata lauk di meja. Yang ada di
etalase diboyong. Sigap, pelayan meletakkan sepiring nasi, wijikan atau kobokan
di depan peserta pesta demokrasi.
Makan siang ceritanya. Masuk biaya
politik. Perut kenyang dan kata sepakat didapat. Sementara sudah dirancang
ancar-ancar untuk makan siang kesempatan mendatang. Selama masa kampanye.
Perut dimanja dengan banyak pilihan
lauk. Si cerdas menjadikan lauk sebagai nasi. Porsi kuli. Agar tampak makan
santun. Mau tambah, pakai cara pakai piring yang bersih. Mulai dari nol. Mulut masih
komat-kamit, mata jelalatan melirik lawan makan.
Aneka hidangn lauk berbahahn dasar
daging maupun ikan, sikat habis. Kuah yang adalah santan, tuang ke piring yang
sudah munjung. Agar lauk di pring masih tampak utuh, ambil kuahnya saja dengan
sendok. Agar tidak bergelepotan.
Namanya makan cepat, diburu acara “makan”
di lain tempat. Satu pelayan membereskan lauk sambil teriak. Pelayan yang lain
dengan sigap, tanpa cek ulang, langsung mencatat di bon. Tak mau pusing dengan
fakta lauk. Terjadilah mark up harga. Kecuil ada harganya, prinsip rumah makan.
Ibarat satu kata bisa menentukan penafsiran pasal hukum.
Penyandang dana sepertinya juga
pamer aksi. Tanya berapa juta yang harus dibayar. Sambil keluarkan uang gesek. Kendati
rumah makan pinggir jalan raya, tak berlaku e-toll. Harus bayar pakai uang Rp.
Kejadian perkara di atas, lokasinya tepat
berada di rumah makan atau rumah makan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar