Halaman

Sabtu, 03 Maret 2018

paket ujaran kebencian negara, berita politik vs berita kriminal



paket ujaran kebencian negara, berita politik vs berita kriminal

Ketika gawai atau gadget yang merupakan ciri era digital, yang memakan “korban” anak di bawah umur. Atau pihak yang belum saatnya mengenal nomor seluler terpapar dampak negatif secara sistematis.

Kemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mempengaruhi ruang gerak media massa. TIK mampu menterjemahkan isi hati penguasa atau sebagai pelipur duka bangsa. Bahkan, memang sejak dulu kala, bahwasanya media massa sebagai kekuatan tersendiri.

Berita fasik atau sebutan lainnya, memang menjadi bidang garap. Apalagi terkait sifat komersial atau profit oriented. Menjadi alat atau perpanjangan tangan sistem sebangsa kapitalisme. Boneka lucu ada di NKRI, pemain bayaran karena kemampuannya mengelola sebuah media massa nasional. Tak perlu disebut siapa dan kappa kejadiannya.

Sebuah foto lebih bunyi dibanding seratus kata. Tergantung daya ideologi yang membacanya. Diam itu emas, tak berlaku bagi penguasa yang berbasis asa ‘garang garing’.

Revolusi berita menjadikan tak ada saringan, sensor, filter atas berita nyata. Semua kejadian perkara di masyarakat, akibat sistem berbangsa dan bernegara, layak bebas tayang.

Rakyat dihibur dengan tayangan yang satu karakter namun beda watak. Mana berita resmi kenegaraan dengan berita liputan langsung kesibukkan luar biasa di jalan, tak ada beda. Beda tipis, satu bahasa.

Terkadang, mana yang tampang kriminil dengan raut wajah pejabat, nyonyor dan nyinyirnya menunjukkan satu kasta. Apalagi kalau sibuk dengan koar cuap, ucap, ujar menunjukkan borok diri. Artinya, hanya punyai borok setitik. Yang besar sudah diborong pihak yang berseberangan.

Kriminal politik atau kriminal gedongan bebas aktif bareng kriminal jalanan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar