politik untuk politik
Singkat, ringkas, jelas dan tak bertélé-télé.
Makanya tak perlu heran. Pelaku politik sering kali bertingkah laku yang tak
bisa diukur dengan moral. Jangan dikaitkan dengan norma wong timur. Yang berlaku
resmi hanya bahasa politik dan hukum politik.
Saking banyaknya contoh, bahkan
melebihi karakter yang ada di dunia pewayangan. Tak pandang jenis kelamin. Lepas
dari gelar akademis maupun sangkan paraning dumadi. Sopo kuwi, kuwi sopo. Justru ungkapan memakai
bahasa Jawa yang terjadi dengan nyata.
Ironis binti miris, bahwa karena politik Indonesia garing di luar negeri, lantas garang di dalam
negeri sendiri.
Historis memang politik dalam arti
partai politik lebih tua katimbang usia Pancasila yang dijadikan ideologi
negara. Anomali propaganda kisah sukses penguasa. Propaganda dan pengganda isu
SARA berbasis ujaran kebohongan.
Modus pelaku, petugas, pemain,
penggila, penggiat politik bersifat spékulatif. Untung-untungan. Asal balik
modal. Kader jenggot, kader karbitan atau kader karena pemodal yang bisa eksis
dan berkibar. Seleksi alamiah adalah saringan pasal tipikor.
Penyandang gelar tipikor malah
menjadikan ysb tersohor. Punya pamor. Karena memang pejuang dan pahlawan
ideologi. berani malu dan tak punya rasa takut keluar masuk penjara.
Jadi, selama lautan
sebagai sumber garam dan asam di gunung, maka manusia dan/atau orang politik
yang kenyang makan asam garam. Tak ada matinya bagi anak cucu ideologis. Wallahu a’lam bisshawab. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar