Halaman

Rabu, 28 Maret 2018

dengan menulis menjadi gemar membaca


dengan menulis menjadi gemar membaca

Ada benarnya, kalau orang yang bisa menulis sepertinya susah bicara. Bukti sebaliknya, terdapat dosen yang susah membuat tulisan. Jadi ingat, ada syarat calistung (baca, tulis, hitung). Tentu harus bisa menulis atau membuat huruf, abjad dan angka.

Zaman saya SR (sekolah rakyat) ada matapelajaran “mengarang”. Maksudnya membuat tulisan, semacam cerita. Bahkan ada kegiatan bercerita di depan kelas. Memakai bahasa Jawa.

Menjadi anak pendiam. Bersyukur, karena radar hati menjadi peka. Terasah. Membaca ayat alam. Merekam ayat kauniyah yang bertebaran bebas di alam. Hati menjadi lapang.

Sumber bahan tulisan, bisa dari mana saja, siapa saja, apa saja. Jika radar hati peka, maka segala kejadian, aneka perkara dan serba pasal, menjadi sumber inspirasi. Lebih dari itu.

Menjadi pendengar yang baik, sangat baik untuk menangkap sinyal utuh. Dipadupadankan dengan kemampuan mengolah kata dan kalimat. Sejalan dengan meningkatkan kemampuan berbahasa dengan benar dan baik.

Ikut obrolan antar warga di tingkat RT atau di tempat menongkrong dan menangkring. Ada saja bahan baku yang bisa dioplos jadi tulisan. Tendensius berdasarkan fakta lapangan.

Dengar ujaran kebencian vs ujaran kebohongan. Jelas siapa yang punya skenario, siapa yang jadi jubir atau agen propaganda. Termasuk agen pengganda. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar