dengan
menulis menjadi gemar membaca
Ada benarnya, kalau orang yang bisa
menulis sepertinya susah bicara. Bukti sebaliknya, terdapat dosen yang susah membuat
tulisan. Jadi ingat, ada syarat calistung (baca, tulis, hitung). Tentu harus
bisa menulis atau membuat huruf, abjad dan angka.
Zaman saya SR (sekolah rakyat) ada
matapelajaran “mengarang”. Maksudnya membuat tulisan, semacam cerita. Bahkan ada
kegiatan bercerita di depan kelas. Memakai bahasa Jawa.
Menjadi anak pendiam. Bersyukur,
karena radar hati menjadi peka. Terasah. Membaca ayat alam. Merekam ayat
kauniyah yang bertebaran bebas di alam. Hati menjadi lapang.
Sumber bahan tulisan, bisa dari mana
saja, siapa saja, apa saja. Jika radar hati peka, maka segala kejadian, aneka
perkara dan serba pasal, menjadi sumber inspirasi. Lebih dari itu.
Menjadi pendengar yang baik, sangat
baik untuk menangkap sinyal utuh. Dipadupadankan dengan kemampuan mengolah kata
dan kalimat. Sejalan dengan meningkatkan kemampuan berbahasa dengan benar dan
baik.
Ikut obrolan antar warga di tingkat
RT atau di tempat menongkrong dan menangkring. Ada saja bahan baku yang bisa
dioplos jadi tulisan. Tendensius berdasarkan fakta lapangan.
Dengar ujaran kebencian vs ujaran
kebohongan. Jelas siapa yang punya skenario, siapa yang jadi jubir atau agen
propaganda. Termasuk agen pengganda. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar