Halaman

Senin, 05 Maret 2018

menu nasakom Orde Lama vs modus single majority Orde Baru



menu nasakom Orde Lama vs modus single majority Orde Baru

Tak salah jika disimpulkan atau ditarik benang merahnya, di laga kandang pesta demokrasi 2019, akan ada adu nyali antara menu nasakom Orde Lama dengan modus single majority Orde Baru. Yang tetap keluar sebagai juara umum adalah penyandang dana atau investor politik.

Usai Golkar berubah bentuk menjadi partai politik, hasil Munas 1998, menjadikan PG bangkit dari masa kritis. Penyakit bawaan atau  karakter di masa Orde Baru, berupa ABG, yaitu ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Birokrasi, dan Golongan Karya. Anggota ABRI, walau tidak ikut memilih dalam pemilu, adalah kekuatan utama Golkar. Korpri atau pegawai negeri, digiring menjadi anggota Golkar. Jalur “G” terdiri atas tiga kelompok induk organisasi, yaitu Koperasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro), Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Soksi), dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).

Golkar menduduki peranan yang penting sebagai partai pemerintah. Golkar menjadi sebuah kekuatan politik alternatif dan menjadi mesin politik yang efektif di tangan penguasa tunggal Orde Baru.

Bangsa ini mungkin lupa bahwasanya bagaimana Sekber Golkar di bentuk tahun 1964.

Nyaris lupa, justru penyakit bawaan dan predikatnya, sepertinya PG ditumbuhi parasit, benalu politik. Orang kuat PG bukan karena sedang berkuasa, tetapi di bawah kendali sang pemodal. Wajar sebuah parpol tergantung dana operasi.

Kepengurusan Golkar di masa Orde Baru yang sampai tingkat pemerintahan paling bawah, sebagai fakta sejarah dan menjadi nilai tambah. Kendati PG tergantung pada ketokohan, namun masih mengutamakan berorientasi pada sistem.

Dengan kata lain, jika banyak “orang kuat” di tubuh PG atau mereka ada di mana-mana, terindikasi sebagai celah retak. 4 parpol baru peserta pesta demokrasi 2019, semakin menegaskan, menjelaskan ada apa PG.

Yang sulit dijadikan sasaran survei berbayar atau bahan kajian akademis maupun penelitian asing adalah fluktuasi pergerakan rakyat.

Artinya, anak bangsa pribumi, kaum bumiputera, rakyat kebanyakan, putera-puteri asli daerah adalah insan yang tahu berterima kasih. Lebih dari itu, mereka sadar dan tidak mau terjerumus ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar