profil politik nusantara berpangku sebelah tangan
Religiusitas manusia pribumi nusantara terdeteksi secara kasat mata. Bagaimana cara menghadapi kenyataan yang tidak diharapkan. Kendati banyak teman saat banjir langganan mampir rumahnya. Petani tahu risiko gagal panen. Ketika momok itu terjadi akibat bencana alam. Rasa pasrah menjadi tumpuan batin dan andalan bangkit.
Rencana hidup dan berkehidupan sesuai skala, standar umum. Masa gagal terasa lama dan butuh waktu pemulihan. Ekstra energi untuk tetap jalan tegak. Laku apa adanya – sak madya – membuat diri ini. Tak terpuruk saat terima cobaan, ujian dan sebaliknya. Hubungan timbal balik derajat religiusitas dengan daya sensitivitas . Sulit diambil rumusan, patokan apalagi menjadi dalil.
Stabilitas jiwa raga tak dimonopoli jenis golongan daerah tertentu. Bisa jadi pisang satu tandan, tak semua layak santap. Kedahuluan dicicipi codot, pratanda masak di pohon. Atau wajib bagi-bagi hasil. Fakta lain, asumsi acak. Manusia pribumi dengan status rakyat bawaan lahir dan tidak mengalami perbaikan keturunan. Daya banting lebih teruji dalam hitungan harian. Status statis aman dari segala tekanan.
Pola bersandar kepada yang memiliki hidupnya, membuat hati tenang.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar