komen menujukkan isi perut
Celotehan anak balita terkadang memang tidak masuk akal tetapi mampu membuat kuping berpikir. Rasa ingin tahu akan ketidaktahuan sesuai nalar. Membuat orang dewasa kehabisan akal untuk menjawab sesuai bahasa dan akal. Komentar polos sang balita mampu membaca perilaku lingkungan yang dianggapnya seperti buatan, bukan alami.
Lain pasal beda perkara jika sang anak diformat masa depannya sejak dini, bahkan sejak dalam gua garba. Filosofi berkehidupan komunitas wong Jawa, antara lain menebak watak berdasarkan waktu lahir plus nama lengkap, panggilan atau julukan. Urutan kelahiran termasuk konsideran pernasiban. Status gender bisa menganulir asumsi historis.
Derajat tertentu bukan suhu badan. Proses dan tatanan kehidupan tidak bisa direkayasa. Tradisi atau kondisi dinamis internal malah membuat sang anak berproses keterbalikkan. Saat pihak lain beda tempat lahir namun seusianya matang jiwa raga, ybs baru bisa “membaca dan berbicara” alias berkomentar yang terlambat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar