Halaman

Selasa, 20 Oktober 2020

kekebalan tubuh mbokdé mukiyo, dudu kebutuhan bekal

kekebalan tubuh mbokdé mukiyo, dudu kebutuhan bekal

Wong pintar sekaligus digdaya secara standar politik global adalah yang sanggup menghilangkan diri bilamana sedang dibutuhkan kehadirannya. Sekedar sebagai saksi hidup, saksi kunci atau terdakwa juru kunci. Dikuatirkan, efek “nyanyian” mampu membuka tabir kasus demi kasus. Siapa kebagian berapa. Ketimbang memetieskan kasus, lebih baik memetimatikan pihak yang berperkara.

 Reformasi di sektor hukum, peradilan, politik menjadi acuan utama pembangunan pemerintahan berkelanjutan. Keadilan alternatif berupa sistem keadilan non-negara menjadi tumpuan nyata masyarakat. Efek samping dari sistem hukum yang buta sebelah. Bukan berat sebelah. Tersedia paket hukum segala cuaca.

 Tatanan keindonesiaa berpancasila, “peradilan non-negara” atau “peradilan informal” menjadi solusi teradil bagi “penyelesaian sengketa di tingkat lokal”.  Individu, komunitas, kelompok masyarakat yang tidak mampu menyelesaikan sengketa horizontal skala lokal. Jika masuk ranah politik, bisa menjadi bara pemacu pemicu konflik. Ibarat senggolan, adu pandang di pesta orgen tunggal, ndangdhut berakhir dengan baku hukum rimba. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar