Halaman

Selasa, 27 Oktober 2020

asas taat skenario global, tampak digdaya bin mandraguna

asas taat skenario global, tampak digdaya bin mandraguna

 

Generasi nusantara tanpa batas golongan darah. Merasa berkelas jika kenakan busana bermerek. Bukan model kodian. Asupan gizi memanfaatkan jasa antar makanan, semakin mendongkrak gengsi, prestis. Daya belanja kategori masyarakat berpenghasilan, berpendapatan menengah-menengah. Pendidikan formal kelas internasional. Percepatan moral politik sejak dalam kandungan. Perkawinan mempertahankan darah politik agar jangan sampai masuk pasar rakyat, pasar tradisional.

 

Pemerintah selaju bagaimanapun, tetap butuh bantun dana internasional. Demi pembangunan pro-rakyat masing-masing negara. Mensejajarkan diri dengan negara yang tidak beda jauh lama merdekanya. Kontra produktif jika ada pihak yang masuk lima terbesar negara karena jumlah penduduk. Plus luas daratan melebihi luas gabungan beberapa negara kecil.

 

Akhirnya walau tidak pernah akan berakhir. Kasta penyelenggara negara sedemikian kuasa, kokoh, kuat, kaya berkelanjutan. Namun kiranya, pihak yang akses langsung ke masyarakat, agar merasa punya payung hukum plus pondasi hukum. Lebih daripada itu, karena belum ada berita acara hasil asumsi sejarah tentang ratio ideal antara pengayom dengan yang diayomi. Sinergi pakai dalil menyatunya minyak dengan air.

 

Fakta bukti empiris historis, beban eksternal tempat menimba ilmu plus sumber investasi pihak ketiga bangun negara, kian mendaulat sistem karier tergantung rakyat terkorbankan. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar