Halaman

Senin, 12 Oktober 2020

demokrasi multipartai butuh demonstrasi jadi-jadian

 demokrasi multipartai butuh demonstrasi jadi-jadian

 

Kebenaran akhirnya akan menang, terbukti hanya ada di layar putih, sinetron. Panggung politik nusantara tak jauh-jauh dari skema tema protagonist vs antagonis. Lakon apapun, selain adegan goro-goro, sarat dengan lawak politik, dagelan politik, humor politik, banyolan politik. Semua pihak berminat tampil selaku pemain utama. Sosok heroik walau modal tulang lunak.

 

Tersebutlah kisah kasih, di ibukota negaraberkembang di tempat, terdapat sosok gubernur siang vs tokoh gubernur malam. Di atas manusia politik sekaliber petugas partai masih ada sosok manusia ekonomi. Siapa yang menguasai jalanan layak didaulat menjadi raja jalanan, setan jalanan. Memanfaatkan manfaat ekonomis rambu-rambu lalu lintas.

 

Senjata pemusnah massal tidak akan laku jika dunia aman, damai, tanpa perang. Karier alat negara terganggu. Pengayom masyarakat tanpa skenario anti-teror, anti-narkoba, berantas korupsi, skala sejahtera di ambang bawah. Peluang masuk birokrasi sipil, teruji karena loyalitas total jenderal.

 

Era dua periode presiden RI keenam, muncul oposisi banci, oposisi setengah hati, oposisi mogol. Jadi, demokrasi bebas banding, sanding, tanding bak sayur hambar tanpa cita rasa apapun. Mirip calon tunggal pilkada. Tak jauh dari kejadian judi dadu di pinggir jalan, tukang jual obat. Rekayasa pura-pura jadi pemasang, pembeli. Pasal dan asas tahu sama tahu.

 

Bangsa ini sedang disuguhi tontonan opera sabun babak akhir. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar