Indonesia pusaka mbokdé mukiyo, dudu nusantara petaka
Secara internal, kita orang tak bisa lepas dari aliran, arus, paham, ajaran, isme-isme termasuk anismisme dan dinamisme. Ramah lingkungan dan ramah investor global. Katakan, faktor eksternal berupa skenario, konspirasi, kompromi yang mana, dimana nilai tawar RI terasa tawar. Wibawa kepala negara di dalam negeri saja hanya sebatas strata petugas partai. Apalagi di mata dunia.
Nilai tawar nusantara kian tawar. Implementasi demokrasi tetap tergantung pihak yang sedang naik daun. Juara umum pemilu legislatif dan penyabet gelar utama pilpres. Semua kejadian dunia bisa disulap seperti sesungguhnya. Yang tak pernah ada bisa dikabarkan betapa kinerja. Fakta dan data menyusul.
Ilmu tata negara memberi sinyal positif, semakin banyak tatanan berbanding lurus negara kian kurang tata. Hukum produk kebijakan politik jangka pendek vs politik produk hukum rimba belantara tak bertuan.
Sebagai negara pulau dan kepulauan, laut dan daratan nusantara berlomba untuk menjadi bangsa terbuka, ramah, sigap dijelajah pihak manapun. Ingat lagu anak-anak “diobok-obok”. Beda dengan di-ninabobo-kan oleh pemodal global, pihak ketiga. Pelaku usaha multinasional, multipihak mampu “menghargai” daya juang manusia politik sekaliber petugas partai. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar