Halaman

Selasa, 06 Oktober 2020

kalau sudah terpilih jangan lupa

kalau sudah terpilih jangan lupa

Mirip fenomena warga satu kampung melepas jamaah haji. Minta didoakan di tanah suci. Soal oleh-oleh, tergantung. Bupati pun pernah lepas calon jamaah hai di pendopo kabupaten dengan ritual adat. Kemiripan lain walau tak secara massal, kolosal. Melepas anak yang mau menuntut ilmu perguruan tinggi ke pulau seberang. Terlebih sang anak diterima di sekolah calon jenderal. Harapan warga dan atau orang tua jika nantinya.

 Beralih ke dunia politik nusantara berpancasila. Tekanan, intimidasi politik lokal pilkada serentak 2020 lebih berdaya ketimbang agresi pandemic covid-19. Kepentingan politik 2024 menentukan kebijakan penguasa. Terlebih kroni, anak mantu darah politik RI-1 plus RI-2 ikut bertaruh. Bukan bertarung bebas.

 Di balik fakta adanya calon tunggal pilkada serentak 2020, bukti segala bukti. Hukum ekonomi, ada kursi ada Rp atau valas. Biaya politik, anggaran demokrasi plus lelang kursi kepala daerah. Janji kampanye hanya sebatas retorika politik bersubsidi. Ikatan janji sudah dipatok dengan pihak ketiga, pihak tertentu yang mencalonkan. Bukan kepada pemilih.[HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar