menata ulang demokrasi nusantara
Tata negara terjemahan bebas dari produk adab dunia barat tak selamanya pas di kaki bangsa yang gemar main sepak. Sesama kawan pelaku demokrasi saja tega saling jegal, saling jagal. Sesama pembantu presiden saling adu tinggi nada agar tampak beda. Sesama komplotan koalisisi partai politik pro-penguasa kalau sudah menyangkut bonus politik, libas melibas dalam ikatan semu.
Padahal, bahan baku galian asli, tulen, orisinal khas hamparan bumi ibu Pertiwi. Terbukti mampu mendasari kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara yang sarat adat, norma, kearifan dan nilai-nilai manusia unggul. Tapi apa daya, rumusan berkehidupan warisan leluhur yang luhur, begitu menjadi format notonegoro. Lebih non-demokratis ketimbang negara, dunia barat pencetus ide demokrasi.
Padahal generasi tanpa batas identitas, menjadi pengikut, pengekor, peniru, penjiplak, penyerta yang tampak lebih ‘murni’ ketimbang obyek panutan.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar