adab bernusantara = fungsi (rawan, rentan, riskan)
Memangnya jikalau kepulan asap rokok yang keluar dari mulut hidung wong kota terasa beda dengan hembusan asap rokok manusia desa. Beda aroma walau rokok berbagi. Asupan nutrisi dan gizi membuat dinding dalam kerongkongan beda martabat. Bayangkan pada manusia ahli umbar ujaran sarat makna terselubung. Ingat fakta orisinal “papa minta saham” penambah gairah indeks demokrasi nusantara.
Lepas dari makna bebas lema ‘rawan’ yang mungkin kerabat dekat, erat dengan ‘riskan’, ‘rentan’ atau lainnya. Sama-sama dalam kondisi sama rasa, sama rata, sama raba. Tapi jangan dijadikan persemaian bibit asing yang tampak lebih unggul, berkelas, bergengsi dengan dalih pewarganegaraan atau naturalisasi.
Mendadak pancasilais ketika obat kuat, perangsang saraf dan syahwat politik, tak ampuh, tak mujarab lagi. Dosis meningkat atau pakai merk lain yang lebih berkhasiat. Ilmu miras plus resep tradisional dioplos. Perut menjadi tabung reaksi, etalase daya tahan politik. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar