Halaman

Jumat, 05 Juli 2019

utamakan nikmat pantat abaikan nasib rakyat


utamakan nikmat pantat abaikan nasib rakyat

Karakteristik kursi politik nusantara berdasarkan kategori, kontekstual. Kian tinggi resiko, rasa nikmat, rasa puas, rasa kenyang semakin turun. Berbanding lurus dengan ketagihan, kecanduan, tergila-gila sampai gila utuh, bulat, luar dalam.

Demikian judulnya “asu mbalèni piringé vs panguwasa mbélani kursiné”. Diadop dari kisah nyata, bahwasanya barangsiapa mau main politik. Jangan setengah-setengah. Yang jelas-jelas. Apa maunya vs maunya apa. Jangan malu, ragu, sungkan ataupun bertenggang rasa. Plus harus aksi pandai-pandai. Wajib serba mégatéga, anéka mégatéga.

Pandai akting, mengandalkan setting-an. Memanipulasi watak diri demi tujuan. Sedikit tahu tapi banyak memberi tahu. Aneka modus kepura-puraan sudah ketinggalan zaman. Pasang wajah garang binti garing.

Tarif biaya politik progresif, masuk babak ke dua, periode kedua. Sigap 24 jam. Pasang telinga kiri untuk menyadap bisikan setan yang bercokol di hatinya. Ada suara ada kursi, untuk wakil rakyat. Bentukan parpol yang mampu menyumbang manusia dan atau orang, sehingga berhasil jadi RI-1 dan RI-2, tidak ada makan siang gratis. Kencing saja bayar.

Semboyan kawanan parpolis nusantara cukup bijak. Sama rasa sama rata. Tak ada kursi, amuk massa menanti. Ingat pasal sabitase, subversive, separatis, makar. Main hukum secara konstitusional. Banyak suara akan menentukan nasib semua. Rebut kursi sebelum diduduki lawan politik, kamar sebelah.

Ayo, tunjukkan watak asli politik abangan!!! [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar