dengan kursi membelah negeri
Bukan
plesetan dari ‘bela negara’ Maunya judul ‘membela negara mbokde mukiyo, dudu
membelah negara’. Kurang pas dengan suasana pasca pasal kudeta, makar,
sabotase, separatis . . karena ‘lepas dari moncong pemakan segala masuk ke
rahang penyuka semua’.
Dikisahkan
sesuai pepatah lama, bambu lurus, itulah yang dicari. Bernasib siap ditebang
tuntas, siaga dilibas tanpa pandang bulu kelamin di tempat. Sisakan sedikit.
Yang bengkok tetap dibiarkan berkibar, hidup tegar sebagai pengayom, penghijau.
Bukti dedikasi bagi ibu pertiwi.
Karakteristik
negara multipartai, menjadikan manusia politik menjadi setengah manusia. Lagu
lawas. Peta sebaran lolayalis tulen penguasa, mengkerucut di ibu kota negara.
Sumber bencana nasional tak kenal wilayah administrasi. Posko parpol peduli
korban bencana menjadi daya tarik wisata swafoto.
Politik
atau parpol abangan kian memerah. Mengalahkan negeri asalnya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar