nuswantara surplus sumber daya politik tak terbarukan
Hitung
cepat bebas versi, secara aklamasi menghasilkan rumusan bahwasanya semakin
besar biaya politik akan berbanding lurus dengan berkurangnya pemakaian sumber
daya alam politik terbarukan.
Bentuk lain
dari lelang otak manusia dan atau orang Indonesia, di balai lelang dunia.
Hasilnya beda jauh bahkan bertolak belakang dengan lelang mulut atau lidah
manusia dan atau orang yang sama. Ironis binti miris, walau masuk kasta paling
top di nusantara, tidak serta merta.
Jangan
sebut dengan oknum yang sudah berpengalaman di penyelenggara negara. Hasil
perebutan suara pemilih. Disinilah awal atau bukan awal biaya politik. Sejak
bentukan sebuah parpol dideklarasikan, argo biaya politik sudah berdetak laju.
Olok-olok
politik sampai janji kampanye mendominasi pemanfaatan energi politik. Soal
bagaimana menyelenggarakan negara secara baik, benar, bagus serahkan kepada
kebijakan alam. Pasal kejadian ‘karhutla’ sebagai barometer pendayagunaan atau
kiprah, kontribusi, kinerja kawanan petugas partai.
Rasanya
memang demikian dan sampai sekian. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar