Halaman

Jumat, 19 Juli 2019

perangkap petaka nusantara, side A vs side B


perangkap petaka nusantara, side A vs side B

Lingkungan habitat bisa merubah watak, karakter seseorang. Kian meningkat atau sebaliknya, memutarbalikkan gawan bayen, sejak dari sono-nya. Jangan ditafsirkan, lingkungan politik yang terbentuk jaub sebelum ada RI. Tetap mampu mewarnai karakter diri dan terutama warna dan karakter sebuah partai politik.

Sebagai negara pulau dan kepulauan, laut dan daratan nusantara berlomba untuk menjadi bangsa terbuka, ramah, sigap dijelajah pihak manapun. Ingat lagu anak-anak “diobok-obok”. Beda dengan di-ninabobo-kan oleh pemodal global. Pelaku usaha multinasional mampu “menghargai” daya juang manusia politik sekaliber petugas partai.

Di balik kisah sejarah, Firaun vs nabi Musa a.s. Dominasi karakter yang muncul di diri, menjadi daya tarik manusia atau umatnya. Firaun dengan cerdas ideologi, bukan bertindak sekedar petugas partai. Naluri bisnis iblis menjadikan dirinya merasa bak tuhan. Penentu nasib orang dan bangsa. Musa yang dituntut kaumnya untuk unjuk mukjizat, saat bencana politik hadir di setiap masalah akar rumput.

Anak bangsa pribumi nusantara selalu berkembang. Sibuk mencari jati diri, citra pesona diri, wibawa diri, standar pribadi. Minus, paceklik, darurat panutan nasional. Tokoh wayang yang muncul, seolah hanya ganti busana. Kata yang punya kata, sepertinya tak ada yang lebih bégo politik lagi.

Kian lama berkubang di perusahaan politik keluarga, semakin jauh dari akar rumput. Pasti tak tersentuh peradabab Pancasila. Pakai langsung standar dunia. Walau pemain klas lokal.

Jadi, sejarah akan berulang. Skenario Allah swt didelegasikan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar