Halaman

Minggu, 07 Juli 2019

béla negara mbokdé mukiyo, dudu ngedol negoro


béla negara mbokdé mukiyo, dudu ngedol negoro

Produk unggulan para penggagas, pendiri bahkan sampai proklamator RI. Sebut saja ‘bela negara’. Bukan sekedar gerakan aksi nasional karena ada anggaran atau sumber dana. Jauh dari pola sertifikasi bertingkat sesuai jam pelajaran. Tak ada maksud nantinya muncul model loyalitas berganda, berlapis, dinamis. Semisal, bela juragan, bela yang bayar, bela yang bagi-bagi kursi.

Apa memang ada produk sampingan, turunan, ikutan atau efek. Yang mana, dimana, daripada kejadian ekspor asap gratis ke negera sebelah. Titik panas yang muncul bergantian tak kenal musim, menghias wajah peta nusantara. Karhutla menjadi simbol, status gegap gempita pembangunan di semua lokasi ‘tak bertuan’ untuk membuktikan siapa tuan sebenarnya.

Pernah terjadi, tanah dan jenis saudara dekatnya, bermanfaat untuk menimbun, mengurug pantai Singapura menjadi daratan. Reklamasi pantai. Beda cerita dengan perjuangan hidup nelayan Madura. Uber ikan di lautannya sampai masuk halaman negara lain.

Bayangkan, kian tinggi klas rakyat. Tanah-air bisa dilipat. Kandungan isi perut bumi, mampu mengkayakan negara adidaya. Meng-emas-kan negara lain. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar