mene(m)bus masa depan, mencari sisa puing nama
Hanya terjadi di nuswantara. Pemilik tunggal Pancasila.
Adalah yang mana dimana politik telah menjadi agama yang diagungkan,
dikeramatkan. Oknum ketua umum parpol keluarga mempunyai hak prerogatif. Penganutnya
begitu loyal, taat, patuh, setia sampai tulang sungsum. Sigap pasang badan
rendah budi, bela juragan sampai dapat kursi.
Sikap sedia kuburan sebelum berjibaku, bukti pendérék total jenderal sampai ubun-ubun. Kalkulasi politik di tangan kanan, ikrar
setia di tangan kiri. Kemana-mana bawa topeng aneka karakter. Sesuai kebutuhan
lokal.
Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015,
skala dunia. Akhirnya pemerintah periode yang sedang praktik, merasa tergugah. Pakai
lidah Jawa. Generasi milenial nuswantara wajib digugah. Dibentuk sedemikian
rupa, sehingga rupa-rupanya, merasa asing dengan wajah sendiri.
Diisi, diisi ulang, diinjeksi, diformat dengan
indoktrinasi atau gemblengan revolusi mental. Akhirnya bermental sendiko dawuh, siap laksanakan. Terbukti menjadi peolok-olok politik. Penyandang
gelar pancasilais, agar tak lupa ingatan, masuk barisan penguat Pancasila. Ada
honornya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar