Halaman

Kamis, 18 Juli 2019

reformasi nikmat dunia nusantara, rekonsiliasi sejarah vs rekonstruksi politik


reformasi nikmat dunia nusantara, rekonsiliasi sejarah vs rekonstruksi politik

Meja hijau butuh fakta langsung atas sebuah kasus kejadian perkara, sengketa hukum. Bukan sekedar percaya pada saksi mata. Perlu adegan ulang. Bukan rekayasa ulang. Pasal ‘main hakim sendiri’ dibilang dengan sebutan rekonstruksi. Menyangkut penghilangan nyawa orang lain dengan sengaja, terencana dan terkoordinasi antar pihak.

Bukan cerita tentang hukum berpihak kepada siapa. Hukum buatan manusia jelas nyata vs nyata jelas tergantung pada manusia yang sedang berperkara. Pasal yang dilanggar. Pasal yang dikenakan. Pakai asas demokrasi. bukan berdasarkan norma, apalagi acuan religi, agama. Suara terbanyak yang menentukan. Kanan bisa jadi kiri. Kiri malah semakin kekiri.

Peribahasa karena nila sebelanga, begitulah kejadian sesungguhnya pentas syahwat politik nusantara. Menu dan format ‘nasakom’ warisan Orde Lama. Tetap bergulir memakai kendaraan politik. Warga binaan pasca dimasyarakatan di lembaga pemasyarakatan. Tergantung stigma yang dibangun penguasa. Koruptor klas kakap yang notabene wong partai, manusia politik dan bagian dari penyelenggara negara, menjadi penghuni terhormat di penjara dunia.

Juara umum pemilu serentak rabu, 17 April 2019 sudah takut dengan bayang-bayang sendiri. Bagi-bagi dosa mengajak kamar sebelah untuk sama rasa, sama rata, sama raba.

Pemilih cerdas 01, heran diri. sadar diri. Merasa kalau kawanan loyalis 01 sudah ketahuan kandungan lokal. Karakter dasar “lepas dari moncong pemakan segala masuk ke rahang penyuka semua”. Sesama antar mereka saling adu téga. Lengah sedikit, ketiban sial banyak. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar