Halaman

Kamis, 18 Juli 2019

44 China setara 42 Indonesia


44 China setara 42 Indonesia

Baukan hasil akhir, skore laga final. Yakin, masih ada pembaca yang lebih yakin dengan makna judul. Alasan yang diajukan, bisa memakai disiplin ilmu atau penerawangan. Ngothak-athik gathuk angka. Mirip tebak nomor buntut lotre zaman Orde Baru.

Apa arti angka. Tiap bangsa mempunyai lambang huruf dan angka. Kalau angka, urutannya sama. Kalau abjad, beda cara baca. Lama atau kata ‘mati’ bahasa Indonesia, di mulut dan atau lidah wong Jawa dilafalkan, dilafazkan, artikulasi menjadi ‘modar’.

Mobil stir kiri kalau dipakai di nusantara, perlu SIM A khusus. Ujiannya entah dimana. Polisi mana yang mengeluarkan izin. Kalau terlibat laka, pasal apa yang diterapkan. Indonesia menganut asas universal jalan kiri. Termasuk ada rambu belok kiri boleh langsung alias belki bolang.

Pebulutangkis, petinju yang kidal membuat lawan ekstra waspada. Bagaimana pun juga secara normatif global, fungsi tangan kanan beda dengan tangan kiri. Istilah ‘pakiwan’ artinya kamar kecil.

Ketika marak jual beli secara dalam jaringan. Ukuran dengan huruf, abjad, aksara tidak standar dunia. Misal kode ‘L’ untuk busana, maksudnya longgar, logro, luwes. Kalau ‘S’ lebih mendekati fakta sesak, sempit, sedeng, sreg. Jelas kalau ukuran ‘M’ diharapkan calon pembeli cerdas diri milah-milih. Kapan tukuné mbkodé mukiyo.

Lain cerita, cerita lain. Kode ukuran memakai angka, nomor internasional. Disinilah letak seni alih angka. Karena aku cinta produk Indonesia, beli sandal pun buatan Indonesia. Ukuran kaki pas dengan sandar berukuran 42. Karena cari model sandal yang ada bempernya, model selop. Yang ada dan tersedia, sandal impor dari negara paling bersahabat. Bahan sandal yang elastis, ramah dengan becek. Ternyata ukuran 44 pas di kaki kanan dan kaki kiri.

Makanya ragam, langgam, gaya politik yang dipraktikkan penguasa tidak nyambung, ora konek dengan kebutuhan rakyat. Pemerintah maunya serba ke  kiri, paham kekiri-kirian. Minimal dengan gaya minimalis bisa belki bolang di setiap persimpangan periode. Daripada jalan lurus malah tak sampai-sampai. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar