budidaya daya primitif, kemana saja jalan kaki
Pulang dari mempraktikkan
daya belanja. Jalan cepat seperti lazimnya hidup sehat. Di dalam kompleks,
pakai gaya zig-zag. Menambah jarak tempuh dan banyak langkah. Menghindari polusi
motor yang menyalip, tanpa peduli rambu. Misi tambahan mencari kerikil, batu
bulat plus suku cadang yang layak serep.
Pas di jalan berlawanan arah.
Ada motor menyalip dengan nada bak motor bodong. Sebatas mata memandang, ybs
berhenti di depan rumah yang pernah direnovasi. Premotor bapak-bapak. Seperti ada
yang ditunggu, bukan langsung masuk halaman. Pintu pagar tak tertutup.
Asumsi dalam hati tidak
meleset. Pas saya liwat, tanpa basa-basi atau basi ala kadarnya. Langsung bilang
sambil senyum seadanya. “Bapak kemana-mana jalan. Bukan hobi jalan-jalan.
Pernah saya ajak mbonceng, tidak mau”.
Ada sedikit tukar kata. Demikianlah
tuntutan usia untuk jaga raga, tetap bugar sesuai umur. Beliau juga tanya
umurku. Tak jauh selisih. Hanya geleng kepala. Bukan berarti kagum. Bahasa tubuh
zaman sekarang susah ditebak.
Sambil melangkah masuk, “koq
bapak tidak pakai mobil . . . Atau tunggu taksi”. Saya jawab selorohnya. “mau
naik pesawat, jarang yang liwat . . . “. Pembicaran diakhiri dengan senyum,
lanjut sibuk masing-masing.
Selang berapa hari. Masih dengan
tema ‘jalan kaki’. Aktivis lingkungan yang domisili lain RT. Sambil duduk jejer
beliau seperti menganalisa.
:Bapak kalau jalan cepat,
menunduk. Tak lihat kanan kiri”. Saya hanya diam mengiakan.
Lanjut ujar belaiu. “Banyak
yang menyapa bapak. Warga atau jamaah masjid”. “Tapi . . . “, sepertinya beliau
ragu. Lihat saya hanya senyum, muncul semangat kemitraan.
“Bapak jarang menyapa orang,
paling cuma sapa tangan. Tidak tanya ‘sedang apa’”. Begitulah sekelumit bincang
santai tapi berisi bagi saya. Sebagai gambaran bagaimana saya. Sudah ciri dan
bukannya tak mau berubah. Memantapkan gaya jalan. Gaya busana tetap. Namanya karakter
diri.
Ironis binti miris, warga
satu RT, malah tidak tahu perihal ‘kemana saja jalan kaki’. Tahunya keluar
rumah. Pertanyaan rutin, tipikal, berulang “Mau kemana?” atau sebaliknya “Dari
mana?”. Hanya satu orang yang cuek, yaitu maksudnya orang gila, gangguan
kejiwaan. Tapi masih doyan nasi. Tahu rokok, mau kopi. Tak pandang warna jenis
kelamin. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar