Halaman

Rabu, 03 Juli 2019

manusia dan atau orang nusantara pribumi


manusia dan atau orang nusantara pribumi

Indeks yang menjadi acuan bukti ringan sebagai negara yang berkembang. Bukan hak umum untuk disebarluaskan. Hanya jadi catatan angan-angan. Bahwasanya membalik telapak tangan sendiri, tanpa ilmu, sedemikian menguras energi lokal. Kesemutan, kebas geringgingan atau pola lidah slip.

Rakyat sedikit lega, walau terpaksa mengulang kesalahan dan dosa harian yang tipikal. Apa arti lima tahun ke depan. Setelah itu, Indonesia diyakini akan menjadi pasca berkembang. Efek domino negara multipartai sedemikan nyata sampai ukuran desa.

Disparitas harga ayam terjadi di nusantara. Judul yang menarik para pemakan ayam mati atau penyantap telur ayam utuh. Ayam tak pernah merasakan langsung oposisi harga ayam. Mau harga mati. Mau kata media asing, betapa ayam lokal nusantara tampak loyo di depan ayam ras.


Efektivitas, kemanfaatan ramuan ajaib revolusi mental bareng revolusi karakter bangsa, kian nyata muncul mental ayam sayur. Ayam petarung yang dikarbit, hanya mengundang cibiran.

Mental dan mentalitas berkemajuan adab. Pasal subversif, sabotase, separatis, makar masih ada praktik yang lebih. Di antara dua kubu yang berseteru. Mereka membuat kubu sendiri. Main emosi rakyat. Ujaran pertama dengan memancing emosi rakyat yamg belum pulih.

Disebutkan, tahun 2024, banyak muncul cikal bakal capres dan cawapres. Nama-nama yang taka sing dan tak asing lagi dengan rekan jejaknya. Katakan, didominiasi manusia politik, wong partai sampai jebolan angkatan.

Rakyat diajak berandai-andai. Bola sudah digulirkan. Gendang dan genderang sudah ditabuh. Pemain asing tak kalah posisi. Argo biaya politik dengan tarif atau pajak progresif.

Jadi, nusantara pasca berkembang, melaju meluncur di lajur bebas hambatan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar