Halaman

Selasa, 23 Juli 2019

mengukir sejarah mbokdé mukiyo, dudu wis ora mikir soyo njarah


mengukir sejarah mbokdé mukiyo, dudu wis ora mikir soyo njarah

Di balik rentetan, deretan kasus OTT komedian perempuan, wanita, hawa jangan dikaitkan dengan sosok oknum ketum bentukan sebuah parpol. Walau sama-sama status gendernya. Benang merah kuat kian  menampilkan fakta, secara substansi lawakan politik tidak ada bobotnya. Hanya memang situsional, dukungan penonton yang iba hati, kasihan. Sekedar menghormati yang punya acara.

Tak perlu diperdebatkan bahwasanya lawakan politik komedian, jauh dari édukasi démokrasi nusantara. Namanya orang cari dhuwit. Badut politik kalau diam malah lucu. Kelihatan asli bégonya. Menang polesan nama baik leluhurnya. Sama, kalau tak ada yang tertawa, akhirnya tertawa sendiri. Tak ada pihak yang diharapkan main sanjung, pakai jurus memuja memuji diri sendiri. Plus tawa hambar dan getir. Ingat diri.

Jadi, kata ahlinya. Tak ada beda antara panggung politik dengan dunia kocok perut. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar