mengukir sejarah mbokdé mukiyo, dudu wis ora mikir soyo njarah
Di balik
rentetan, deretan kasus OTT komedian perempuan, wanita, hawa jangan dikaitkan
dengan sosok oknum ketum bentukan sebuah parpol. Walau sama-sama status
gendernya. Benang merah kuat kian
menampilkan fakta, secara substansi lawakan politik tidak ada bobotnya. Hanya
memang situsional, dukungan penonton yang iba hati, kasihan. Sekedar menghormati
yang punya acara.
Tak perlu
diperdebatkan bahwasanya lawakan politik komedian, jauh dari édukasi démokrasi
nusantara. Namanya orang cari dhuwit. Badut politik kalau diam malah lucu. Kelihatan
asli bégonya. Menang polesan nama baik leluhurnya.
Sama, kalau tak ada yang tertawa, akhirnya tertawa sendiri. Tak ada pihak yang
diharapkan main sanjung, pakai jurus memuja memuji diri sendiri. Plus tawa
hambar dan getir. Ingat diri.
Jadi,
kata ahlinya. Tak ada beda antara panggung politik dengan dunia kocok perut. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar