politisi sipil nusantara, mental ayam sayur vs jago
kandang
Bukan
gambaran nyata. Sekedar ilusi akan kebenaran yang menjadi rahasia umum. Fakta hanya
dimiliki kawanan politisi sipil seklas petugas partai, penggembira lapangan alias
juru sorak. Menjalar ke kandang loyalis total jenderal. Klas kambing pun tak
mau ketinggalan dengan olok-olok politik.
Akhirnya
peternakan politik nusantara melebihi ambang batas bawah daya tampung, daya
dukung pangan nasional. Pihak lain yang terkait secara moral. Berujar jujur,
sederhana “sedia tanah dan air sebelum kemandirian pangan”. Reforma agraria
menambah semangat petani gurem maupun petani tanpa tanah untuk berkubang
sebagai pembajak.
Peluh petani
direduksi dengan bantuan presiden berupa traktor tangan. Bela negara oleh
politisi sipil lebih manjur jika dimana bumi dipijak, cari markas partai
terdekat. Dirikan posko peduli nasib rakyat. Bagi sembako gratis.
Keluar dari
garis émbarkasi, démarkasi teritorial tanah kelahiran. Nyali langsung
bernyanyi. Maka daripada itu. Nelayan Madura menguber ikannya yang eksodus ke
perairan negara tetangga. TKA bebas masuk ke daerah 3T (Terpencil, Tertinggal,
Terdepan/Terluar) dengan dalih napak
tilas kakek-nenek moyangnya yang menjadi sahabat penjajah Belanda.
Sebagai
makhluk sosial. Wajar kalau politisi sipil merasa aman, nyaman dengan kawanan
sekaum, satu golongan. Sama rasa sama rata beda porsi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar