Halaman

Sabtu, 06 Juli 2019

politisi sipil nusantara, mental ayam sayur vs jago kandang


politisi sipil nusantara, mental ayam sayur vs jago kandang

Bukan gambaran nyata. Sekedar ilusi akan kebenaran yang menjadi rahasia umum. Fakta hanya dimiliki kawanan politisi sipil seklas petugas partai, penggembira lapangan alias juru sorak. Menjalar ke kandang loyalis total jenderal. Klas kambing pun tak mau ketinggalan dengan olok-olok politik. 

Akhirnya peternakan politik nusantara melebihi ambang batas bawah daya tampung, daya dukung pangan nasional. Pihak lain yang terkait secara moral. Berujar jujur, sederhana “sedia tanah dan air sebelum kemandirian pangan”. Reforma agraria menambah semangat petani gurem maupun petani tanpa tanah untuk berkubang sebagai pembajak.

Peluh petani direduksi dengan bantuan presiden berupa traktor tangan. Bela negara oleh politisi sipil lebih manjur jika dimana bumi dipijak, cari markas partai terdekat. Dirikan posko peduli nasib rakyat. Bagi sembako gratis.

Keluar dari garis émbarkasi, démarkasi teritorial tanah kelahiran. Nyali langsung bernyanyi. Maka daripada itu. Nelayan Madura menguber ikannya yang eksodus ke perairan negara tetangga. TKA bebas masuk ke daerah 3T (Terpencil, Tertinggal, Terdepan/Terluar)  dengan dalih napak tilas kakek-nenek moyangnya yang menjadi sahabat penjajah Belanda.

Sebagai makhluk sosial. Wajar kalau politisi sipil merasa aman, nyaman dengan kawanan sekaum, satu golongan. Sama rasa sama rata beda porsi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar