panutan mbokdé mukiyo, dudu nunutan
Sebagai
makhluk sosial dengan aneka lapisan sosial. Menjadikan anak bangsa pribumi
serba saling. Ada-ada saja, baru merasa sebagai manusia jika ada yang menyapa. Ada
yang merasa punya setumpuk wibawa jika ada yang main puja-puji. Tanpa diminta
ada yang menyanjung. Disertai takzim sambil tunduk kepala.
Interaksi
sosial memakai format politik, tampak watak asli pihak yang terlibat. Rakyat tak
kenal kamus dan bahasa politik. Merasa menjadi semua bak hafalan. Bukan keluar
dari produk diri sendiri. Hasil olahan lokal, berkat daya batin. Rasa hormat
sesuai tata krama, norma kehidupan bangsa timur.
AD dan
ART produk lokal, muatan semiglobal tampak di wajah petugas partai sampai
relawan, begundal, bolodupak, tukang kepruk. Beringas ganas agar tampak loyal
di mata oknum pimpinan atau pemilik perusahaan politik. Modal dengkul, wajib
berwajah seram. Perimbangan isi dengan karoseri.
Jika ada
pihak ketiga yang muncul di pilpres 2019. Pembiaran agar pihak yang berkuasa
kian menanjak. Banyak pihak merasa telah berbuat banyak. Modal tetesan keringat
pertama sudah merasa layak mendapat imbalan pangkat, status pejabat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar