kembalinya ulama
nusantara
Ulama
tak lekang oleh zaman. Tak tergoda rayuan nikmat dunia, kecuali buaian, bagi-bagi
kuasa politik. Kendati di kandangnya
menjadi pemain utama. Kolaborasi politik, tidak serta merta menjadi. Pelengkap penderita.
Nilai jual alias elektabilitas, popularitas diharapkan. Itu saja.
Jangan lupa.
Semua bisa semu atau sebatas promosi. Kontrak politik menjadi pasal awal
bencana politik. Pengalaman satu periode main politik, bukan jaminan. Kawanan separtai,
pasti lebih agresif. Sudah tahu diri untuk mematut diri, memposisikan diri. Tahu
kursi apa yang layak, pantas buat pantat yang tak pernah penat.
Biaya politik
progresif kian menguras kantong. Mengantongi nama bakal calon pembantu presiden
sebagai bukti lelang jabatan. Bukan setor uoeti. Tapi siapa yang berani
menanggung utang sesuai spesifikasi yang ditawarkan.
Tinggal
lihat seberapa harga ulama nusantara dibandingkan dengan jatah kursi pembantu
presiden. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar