si gèdhèg lan si anthuk
Comot sana-sini, dioplos bebas, sumber jadi samar. Maksud
judul adalah, wong loro kang wis padha kangsèn tumindak
ala bebarengan; wong-wong sing padha sekongkol. Bisa juga wong wêwangsitan utawa
kêthikan, kang siji api ora. kang siji api-api ora wêruh. Kaya ta: wong loro
sumêdya ngarah duwèking liyan, kang siji kaya ora mèlu-mèlu, nanging ing batin
ngrewangi marang pangarah mau. Padha karo dudutan lan anculan (dudutan:
talining kala; anculan: kalane).
Kejadian perkara di zaman bahula. Semasa Nusantara masih diramaikan dengan
beberapa kerajaan. Melihat bahasanya, memang di pulau Jawa. Sebagai kesimpulan
atau sebagai peringatan untuk masa depan.
Seperti beda watak, sifat. Sama-sama dilakukan oleh kepala kita. Beda dengan
tengok kana, tengok kiri.
Apakah judul sebagai pratanda, isyarat kondisi yang akan terjadi di zaman
sekarang. Bahasa tubuh, raga yang dominan adalah anggukan kepala atau gelengan
kepala. Moderatnya, adalah diam tanpa kata, tanpa senyum.
Bagaimana bawah kepala atau kepala lain yang merupakan bawahan
mengartikannya. Harus dilihat dari depan. Posisi berdiri lebih mudah
ditafsirkan. Tak sadar ybs, tangan ikut main. Memperkuat kata hati yang
tersembunyi. Masih peran kepala. Bagaimana kalau ybs malah tunduk atau
sebaliknya, kepala tengadah gagah, pongah.
Persengkongkolan zaman sekarang menjadi gerakan aksi nasional. Bagian nyata
dari praktik demokrasi. Apapun wujud dan efek dominonya, dilindungan
undang-undang. Kerjasama dengan pihak asing, demi wibawa negara menjadi pasal
utama, wajib.
Dinamika bangsa akibat perbedaan dalam persatuan. Kolusi, koalisi,
kolaborasi, kongsi atau sebutan lainnya, sebagai bukti manusia sebagai makhluk
sosial. Saling membutuhkan. Soal yang diperebutkan adalah barang yang sama,
bisa tahu sama tahu.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar