Halaman

Sabtu, 08 Desember 2018

si gèdhèg lan si anthuk


si gèdhèg lan si anthuk

Comot sana-sini, dioplos bebas, sumber jadi samar. Maksud judul  adalah,   wong loro kang wis padha kangsèn tumindak ala bebarengan; wong-wong sing padha sekongkol. Bisa juga wong wêwangsitan utawa kêthikan, kang siji api ora. kang siji api-api ora wêruh. Kaya ta: wong loro sumêdya ngarah duwèking liyan, kang siji kaya ora mèlu-mèlu, nanging ing batin ngrewangi marang pangarah mau. Padha karo dudutan lan anculan (dudutan: talining kala; anculan: kalane).

Kejadian perkara di zaman bahula. Semasa Nusantara masih diramaikan dengan beberapa kerajaan. Melihat bahasanya, memang di pulau Jawa. Sebagai kesimpulan atau sebagai peringatan untuk masa depan.

Seperti beda watak, sifat. Sama-sama dilakukan oleh kepala kita. Beda dengan tengok kana, tengok kiri.

Apakah judul sebagai pratanda, isyarat kondisi yang akan terjadi di zaman sekarang. Bahasa tubuh, raga yang dominan adalah anggukan kepala atau gelengan kepala. Moderatnya, adalah diam tanpa kata, tanpa senyum.

Bagaimana bawah kepala atau kepala lain yang merupakan bawahan mengartikannya. Harus dilihat dari depan. Posisi berdiri lebih mudah ditafsirkan. Tak sadar ybs, tangan ikut main. Memperkuat kata hati yang tersembunyi. Masih peran kepala. Bagaimana kalau ybs malah tunduk atau sebaliknya, kepala tengadah gagah, pongah.

Persengkongkolan zaman sekarang menjadi gerakan aksi nasional. Bagian nyata dari praktik demokrasi. Apapun wujud dan efek dominonya, dilindungan undang-undang. Kerjasama dengan pihak asing, demi wibawa negara menjadi pasal utama, wajib.

Dinamika bangsa akibat perbedaan dalam persatuan. Kolusi, koalisi, kolaborasi, kongsi atau sebutan lainnya, sebagai bukti manusia sebagai makhluk sosial. Saling membutuhkan. Soal yang diperebutkan adalah barang yang sama, bisa tahu sama tahu.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar