sabar, ojo kemrungsung,
Indonesia lagi nglungsungi
Lambat tapi selamat. Tanpa ruwat, tiada rawat, bangsa ini sedang dalam
kondisi métamorfosis. Tak tepat. Alih bentuk, rupa,
wajah. Raut profil masih berkarakter Nusantara. Gaya beralih kecina-chinaan. Efek
domino revolusi mental menjadikan bangsa ini wajib ganti kulit. Bukan tambal
sulam.
Tebal muka, muka badak, muka tembok, rai gedhég menjadi topeng politik. Tak ada
istilah diet politik. Stok untuk generasi masa depan sudah amblas di 2014-2019.
Peta politik, politik dinasti sampai barter politik menjadikan pengap di negeri
sendiri. Jual janji, obral rayuan sudah tak mempan. Uang muka nyaris lunas, tak
ada yang melirik.
Pesta demokrasi bukan untuk ajang mencari bakat. Menjadi adu bakat gaya
bebas. Tak ada batasan usia dan gender. Pemain lama tak diunggulkan. Semua mempunyai
hak dan nasib. Komitmen pihak yang berwajib, berkepentingan untuk menjadikan cikal
bakal manusia politik berkemajuan adab dan progresif.
Walhasil, kawanan manusia politik Nusantara berasaskan: iso mlaku
bareng nanging ora iso baris. Bahkan ketua umum mengelola industri politik, usaha keluarga dengan modal
setengah hati. Ikhlas tak ikhlas. Untungnya sudah diambil di depan. Sisa yang
diperebutkan.
Niat luhur, motif utama, ambisi besar untuk menjadikan partai politiknya
sebagai unggulan, serahkan kepada ahlinya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar