Halaman

Minggu, 30 Desember 2018

gagal paham Bung!, bukan gagal saham


gagal paham Bung!, bukan gagal saham

Kembali ke judul “gagal paham politik démagogi penguasa”. Kata KBBI, jelasnya bahwa démagogi politik untuk memperoleh kekuasaan dengan jalan menghasut dan membangkitkan emosi rakyat.

Karena emosi yang bicara. Semua informasi ditelan mentah-mentah. Anak bangsa pribumi yang masuk usia non-produktif. Yang cel darah merah politiknya tidak pernah bekerja. Mendadak menjadi ikut beringas. Tak mau kalah garang dengan generasi yang notabene seumur anaknya.

Masih terjadi modus klasik dengan menebar sénsasi politik, menabur séntimén politik. Propaganda penguasa plus pengandaan, rekayasa berita, manipulasi data dan fakta dengan menayangkan kinerjanya, bukti kisah sukses. Justru adalah kewajiban sebagai presiden. Kecuali kalau merasa hanya sebatas petugas partai.

Gampangannya, generasi pribumi Nusantara yang cepat melek TIK, khususnya pada penggunaan internet, fokus pada media sosial. Fakta seutuhnya sudah jadi rahasia umum. Ingat judul “pada galibnya, hoaks adalah produk unggulan penguasa”.

Bandingkan dengan judul “anomali tahun politik 2019, propaganda kebohongan sejujur-jujurnya vs provokasi kejujuran dibohongi hidup-hidup”.

Walhasil, generasi pribumi  Nusantara tulén terjangkit trémor politik. Efek domino terasa dengan munculnya generasi seujung jari. Sebutan generasi tak tergantung batasan umur, usia atau tanggal kelahiran. Untuk semua umur, lintas usia. Pokoknya manusia dan atau orang Indonesia yang hidup di periode 2014-2019. Karena sama-sama mengalami bencana politik, cuma beda kadar gempa dan terdampaknya.

Menyimak fenomena alam dengan bahasa langit, bukan dengan bahasa politik.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar