gagal paham Bung!, bukan gagal saham
Kembali ke judul “gagal paham politik démagogi
penguasa”. Kata KBBI, jelasnya bahwa démagogi politik untuk memperoleh
kekuasaan dengan jalan menghasut dan membangkitkan emosi rakyat.
Karena emosi yang bicara. Semua informasi ditelan
mentah-mentah. Anak bangsa pribumi yang masuk usia non-produktif. Yang cel
darah merah politiknya tidak pernah bekerja. Mendadak menjadi ikut beringas.
Tak mau kalah garang dengan generasi yang notabene seumur anaknya.
Masih terjadi modus klasik dengan menebar sénsasi
politik, menabur séntimén politik. Propaganda penguasa plus pengandaan,
rekayasa berita, manipulasi data dan fakta dengan menayangkan kinerjanya, bukti
kisah sukses. Justru adalah kewajiban sebagai presiden. Kecuali kalau merasa
hanya sebatas petugas partai.
Gampangannya, generasi pribumi Nusantara yang cepat melek
TIK, khususnya pada penggunaan internet, fokus pada media sosial. Fakta
seutuhnya sudah jadi rahasia umum. Ingat judul “pada galibnya, hoaks adalah produk unggulan penguasa”.
Bandingkan dengan judul “anomali tahun politik 2019, propaganda kebohongan sejujur-jujurnya vs provokasi
kejujuran dibohongi hidup-hidup”.
Walhasil, generasi pribumi Nusantara tulén terjangkit trémor politik. Efek
domino terasa dengan munculnya generasi seujung jari. Sebutan generasi tak
tergantung batasan umur, usia atau tanggal kelahiran. Untuk semua umur, lintas
usia. Pokoknya manusia dan atau orang Indonesia yang hidup di periode
2014-2019. Karena sama-sama mengalami bencana politik, cuma beda kadar gempa
dan terdampaknya.
Menyimak fenomena alam dengan bahasa langit, bukan dengan bahasa politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar