Halaman

Rabu, 26 Desember 2018

bukan sudah tua, hanya lebih berumur dariku


bukan sudah tua, hanya lebih berumur dariku

Bang John, panggilannya. Mengira nama gagah-gagahan, komersial sedikit atasi sial. Ternyata tidak. Memang nama bawaan sejak lahir di RS. Tanya soal usia. Beliau sibuk berfikir. Tanya tanggal lahir, dengan sigap dijawab: “49”. Ditambah sejak 2005 mulai hidup menduda. Sang isteri sudah mendahuluinya.

Tercatat di benak warga, ybs termasuk jamaah sholat 5 waktu. Jalan ketimik-ketimik membawa tas cangklong, sajadah semuka, botol minuman. Jumpa kaum hawa, tebar senyum dan sapa. Bilamana perlu sedikit berbincang. Ibu rumga bergegas ke warung, terpaksa melawan bicaranya. Bukan melayani.

Usai maghrib, ybs lanjut tunggu isya’. Santap bakso yang cocok dengan lidah tuanya. Kecuali buka puasa sunah, bukber. Lagi-lagi duduk santai dengan ibu-ibu. Karena usia, makan masih kecer. Makan diselingi minum. Mulut sibuk monyong. Gigi masih berderet utuh.

Pagi jalan ke bubur ayam, sekitar mulut kompleks. Tak peduli ibu-ibu dorong kereta bayi. Ditemani sambil cerita tanpa diminta. Si ibu lebih konsen ke bayinya. Namanya sedang momong. Malah diajak ngomong bayi tua.

Jelang dekat masjid, maghrib, beliau balik kanan. Sajadah ketinggalan, terangnya. Lain waktu, di pintu masjid memang bingung, sambil pegangan. Tak merasa jamaah antri mau keluar. Tanpa diminta, langsung balik kanan. Tas ketinggalan, jelasnya.

Tak perlu dinarasikan di akhir olahkata ini. Betapa beliau siap nikah lagi. Ajaran agama Islam mengatakan lelaki sampai akhir hayat sebaiknya ada pendamping hidup. Segini saja.

Begitu qomat selesai, ybs sibuk berdiri. Itupun dengan gaya sempoyongan, karena lama duduk bersila. Yang lain sudah siap sejak tadi. Prinsip Bung. Masih banyak yang tak tercover. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar