bukan sudah tua, hanya lebih berumur dariku
Bang John, panggilannya. Mengira nama gagah-gagahan,
komersial sedikit atasi sial. Ternyata tidak. Memang nama bawaan sejak lahir di
RS. Tanya soal usia. Beliau sibuk berfikir. Tanya tanggal lahir, dengan sigap
dijawab: “49”. Ditambah sejak 2005 mulai hidup menduda. Sang isteri sudah
mendahuluinya.
Tercatat di benak warga, ybs termasuk jamaah sholat 5
waktu. Jalan ketimik-ketimik membawa tas cangklong, sajadah semuka, botol
minuman. Jumpa kaum hawa, tebar senyum dan sapa. Bilamana perlu sedikit
berbincang. Ibu rumga bergegas ke warung, terpaksa
melawan bicaranya. Bukan melayani.
Usai maghrib, ybs lanjut tunggu isya’. Santap bakso yang
cocok dengan lidah tuanya. Kecuali buka puasa sunah, bukber. Lagi-lagi duduk
santai dengan ibu-ibu. Karena usia, makan masih kecer. Makan diselingi minum. Mulut
sibuk monyong. Gigi masih berderet utuh.
Pagi jalan ke bubur ayam, sekitar mulut kompleks. Tak peduli
ibu-ibu dorong kereta bayi. Ditemani sambil cerita tanpa diminta. Si ibu
lebih konsen ke bayinya. Namanya sedang momong. Malah diajak ngomong bayi tua.
Jelang dekat masjid, maghrib, beliau balik kanan. Sajadah
ketinggalan, terangnya. Lain waktu, di pintu masjid memang bingung, sambil
pegangan. Tak merasa jamaah antri mau keluar. Tanpa diminta, langsung balik
kanan. Tas ketinggalan, jelasnya.
Tak perlu dinarasikan di akhir olahkata ini. Betapa
beliau siap nikah lagi. Ajaran agama Islam mengatakan lelaki sampai akhir hayat
sebaiknya ada pendamping hidup. Segini saja.
Begitu qomat selesai, ybs sibuk berdiri. Itupun dengan
gaya sempoyongan, karena lama duduk bersila. Yang lain sudah siap sejak tadi. Prinsip Bung.
Masih banyak yang tak tercover. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar