Halaman

Kamis, 20 Desember 2018

cerdas menulis, tata kata vs ramu kalimat


cerdas menulis, tata kata vs ramu kalimat

Bahwa Allah swt murka kepada orang yang hanya pandai berkata saja tetapi tidak melaksanakan apa yang diucapkannya. Bahwa Allah swt  menyukai orang yang mempraktekkan apa yang diucapkannya.  

Jangan beranggapan, praduga kalau begitu aksi menulis bisa bebas aktif. Tak terkait dengan esensi alinéa pembuka. Rumus sederhana menyebutkan, untuk bisa menulis perlu rajin dan banyak membaca. Komplit dengan bercakap-cakap dengan lawan bicara.  Latih telinga sebagai pendengar pasif namun arif dan bijak. Sesekali sumbang saran maupun saran sumbang.

Tulisan seseorang, bisa jadi “bukti” di persidangan hukum buatan manusia. Beda dengan zaman tulis tangan. Gaya tulisan susah ditirukan atau dipalsukan. Kalau mirip, pastikan jenis kertasnya. Memakai mesin ketik, masih bisa dilacak hasil ketukan. Karya tulis yang menjadi milik umum. Multiguna, multimanfaat. Jasa TIK menjadi stimulator hasil kerajinan tangan berbentuk tulisan.

Akankah seni suara masih terkoneksi dengan bahasa lisan. Lirik lagu memang ragamnya. Bisa tak sesuai pakem membuat kalimat yang benar dan baik serta bagus. Untuk konsumsi telinga diiringi musik, semakin menghanyutkan. Siapa yang bernyanyi, menjadi faktor penentu.

Memanfaatkan lengah diri asal jangan sampai karatan dijilat waktu. Waktu bagi penulis sepertinya tak ada waktu terbuang percuma. Kepekaan panca indra menambah selera bertulis. Jasa platform media sosial maupun blogspot pribadi bisa sebagai ajang unjuk tulisan. Faktor pemirsa dan komentar, abaikan. Batasan minimal, asal tiap jam ada pemirsa.

Penulis mencoba uji nyali dengan mengirimkan hasil tata kata dan ramu kalimat a.l ke Republika pada rubrik “Fokus Publik”. Menyoroti soal yang ditawarkan tiap kamis, merangsang pengungkapan fakta secara awam, sederhana dan wajar. Tak perlu ilmiah atau berdalih-dalih.

Menulis pun perlu kejujuran. Tak perlu ikut-ikutan gaya apa pun. Dari yang dipunyai jika tiap saat dikelola akan mewujudkan jujur menulis. Berhenti. Jelang azhar waktu lokal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar