loyalis penguasa, pamér
bégo vs pamér égo
Tak perlu pakai sampel, contoh, bukti karena lebih
banyak fakta nyata di tempat kejadian perkara yang belum diputus. Kebutuhan dasar
manusia akan rasa bangga diri, perlu dukungan orang lain, lingkungan. Perlu sarana
penyaluran.
Orang stres akibat tidak mampu membanggakan diri,
membanggakan orang lain atau sebaliknya tidak ada pihak lain yang membanggakan
dirinya. Terlihat konyol, acap berperilaku aneh dan tidak menyadari bahwa
dirinya sedang pamer kurang diri. Sebab karena pengaruh hormon.
Manusia dianjurkan untuk bisa menjaga kesehatan
jiwanya, mengendalikan ketenangan jiwanya. Hindarkan diri dari penyebab stres
yang atraktif. Atur aturan main main bangga, diharapkan akan muncul perilaku
yang normal. Sifat kehidupan berupa rasa bangga mengalami pertumbuhan dan
pembiakan, metabolisme, dan daya gerak
Tersarankan, metabolisme tubuh berperan aktif,
masif, eksklusif mewujudkan ulahlaku seseorang. Anak bangsa pribumi lokal, kaum
bumiputera yang memiliki pola makan sehat dan menyehatkan, maka metabolisme
tubuhnya siap siaga sigap. Orientasi diri mampu berfikir lebih berwawasan dan
memiliki daya cerdas otak di atas orang yang kekurangan gizi. Runyamnya, efek
domino over dosis energi politik menjadikan ybs malah merasa gagah
bernasionalisme sejati.
Ulah tindak akibat kinerja otak. Ketika manusia memasuki
sesuatu berhubungan atau menyentuh sisi psikologisnya, otaknya bersegera secara
reflek beranalisa fikir. Mencari jawaban, bukan penyebab. Menjadikan pola pikir
ini sebagai pertimbangan dalam menentukan langkah aman. Sehingga muncul aneka
tindakan manusia, spontan atau terencana. Ikhwal ini dalam kendali otak manusia.
Akibat nyata terdeteksi aroma irama syahwat politik
di babak akhir periode 2014-2019 (baca: babak akhir presiden ketujuh RI) kian sakratul
maut. Apalagi yang mau dibanggakan, dipamerkan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar