Halaman

Minggu, 23 Desember 2018

éféktivitas koalisi, mafia bola vs mafia kursi


éféktivitas koalisi, mafia bola vs mafia kursi

Pasang surut ketahanan emosi rakyat, masyarakat sipil terkait erat dengan bursa saham politik. Khazanah kemafiaan Nusantara kian bebas dinamis. Adab berkemajuan, kemajuan peradaban tak serta merta diikuti kepastian hukum. Produk hukum untuk menjawab tuntutan dan tantangan zaman.

Perbedaan kebijakan (dispute policy) dalam penentuan sistem bagi hasil. Sampai recek terakhur jangan sampai tak sampai. Kucur keringat loyalis lunasi sebelum kering atau sadar diri. Begitu sadar langsung tertawa. Seperti mimpi buruk rupa, kamar sebelah digrebek.

Perubahan berkemajuan terasa nyata pada rasa nasionalisme, patriotisme. Borok tahunan tetap setia. Turunan dari sistem bagi hasil dimaksud di atas. Aneka norma tak mampu mengendalikan laju serakah duniawi. Aturan main diterjemahbebaskan menjadi mengatur permainan.

Siap menjadi apa. Ini kapling industri politik. Siapa dapat apa. Ini bidang syahwat politik. Siapa diapakan. Jelas modus dendam politik. Siapa harus dikemanakan. Tumpas karakter sebelum tunas.

Tahu sama tahu. Suka sama suka. Sudah dianggap usang, uzur, terbelakang. “pemenang mengambil semua” (the winner takes all), pedoman tak tertulis, solusi jitu.

Memang ada skenario BaU. Skenario BaU (Business as Usual) utawa tanpa perubahan apapun. Mengasumsikan bahwa tidak ada intervensi kebijakan apapun. Karena sejak dini penguasa sudah menyiapkan perangkat kebijakan yang akan memperlancar skenario politiknya. Penggunaan bahan bakar negara saat ini akan terus berlanjut sepanjang masih tersedia cadangannya. Pemerintah memang sudah menyiapkan SDM dengan asas taat, patuh, setia, loyalnya total jenderal.

Agar terlihat cerdas, maka ada skenario fair yaitu katanya menggunakan daya mansiri dan kemampuan sendiri. Serta siap dengan skenario ambisius yaitu cuma melanjutkan tradisi. Inipun kalau mendapat dukungan Internasional.

Skenario untung-untungan, adalah memang bangsa dan rakyat, khususnya wong cilik masih melihat jasa Bung Karno. Yang mendapat warisan, tanpa modal keringat. Itulah inilah éra mégatéga.

In sya Allah, dengan ridho-Nya semoga tahun politik 2019 atau akhir periode 2014-2019 tidak terjadi super mégatéga maupun multi mégatéga. Soal masih tersisa kuota pagar makan tanaman, rumput tetangga tampak lebih ranjum, bernas dan bebas jamah. Utawa biro jasa keamanan dan pengatur laju kendaraan politik, kian menjadi biang segala biang. Masih dalam batas wajar.

Tinggal doa rakyat yang tak bisa dikebiri. [HaéN]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar