kawanan pendérék penguasa vs rakyat bersama rakyat
Bisa-bisa saja kalau membaca fakta
tsunami selat Sunda, Sabtu 22 Desember 2018, malam. Terbersit, terbetik fakta
simbolis. Antara ‘tanah dan air’-ku Indonesia adu kuat. Tumpukan material bumi,
tanah bak terjun bebas seluas 64 ha, ke laut. Menambah duka bangsa dan negara
di akhir tahun politik 2018.
Boleh-boleh saja, alam ikut
bericara langsung. Tidak sekedar sebagai saksi bisu. Anak gunung Krakatau,
namanya anak. Dianggap kesaksiannya akan meringankan pihak tertentu. Juga tidak.
Alam menterjemahkan bahasa langit. Sinyal sudah diberikan.
Ada-ada saja, ketika anak bangsa
pribumi selalu siap, siaga, sigap, sedia tarung bebas di panggung politik. Wasit
atau hasil survei berbayar, bukan pengatur skor. Jalan cerita bisa direkayasa
sejak dini. Dimanipulasi secara konstitusional. Kian biaya politik tinggi, kian
adonan diacak-acak agar jelas warna merahnya.
Wajar, manusiawi, masuk hitungan
bahasa manusia, sesuai ukuran lingkar perut dan lebar mulut, dan tak perlu
diperdebatkan.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar