Halaman

Kamis, 06 Desember 2018

mangan ora mangan sing penting ojo kepangan


mangan ora mangan sing penting ojo kepangan

Semboyan apa itu kang? Mewakili kondisi teranyar adab peradaban politik Nusantara? Apa sekedar bentuk praktik lokal sila Persatuan Indonesia. Atau ada udang terbungkuk-bungkuk di balik kepala batu penguasa. Bebas beragumen. Ongkos tafsir gratis.

Semakin direnungi sepertinya seperti ada yang dimaksud. Jangankan mengolahkata dengan seksama. Berkentut ria saja ada kode etik. Ada yang dituju yaitu sehat diri. Kian ditahan malah menjadi biang duka pantat. Biar diduga duduk di kursi panas.

Kendati bumi bulat tanpa mufakat, namun tidak semua mufakat bulat. Ego sektor tak mau lebur dengan kebersamaan. Keberagaman bukan berarti saling meniadakan, menghasilkan bentuk baru. Menu ‘nasakom’ produk unggulan presiden pertama RI, selama era Orde Lama, tak akan kikis, luntur, lekang digerus zaman. Terus bergulir dan banyak pihak bergilr, menggilir.

Sinerjitas terasa sumbang karena modal antar anggota koalisi parpol pro-pemerintah tak seimbang. Asas kedaulatan ada di tangan juara umum pesta demokrasi menjadi pasal utama. Tak ada kursi gratis walau sesame berbiaya politik non-budgeter. Sama-sama berhal menjual negara nantinya.

Setetes air bisa menentukan kesimbangan. Sejuta rupiah kurang serupiah, tetap tak bisa dibilang satu juta rupiah. Nilai selisih yang kelihatannya tak bernilai, bisa membuat perselisihan tanpa akhir. Caleg yang perolehan suara tak mampu dapat kursi, suara pemilih terbuangkah.

Tidak hanya manusia sebagai individu, kaum atau bangsa pun doyan berselisih. Dinamika sejarah manusia dikarenakan adanya perselisihan. Jangan heran jika petunjuk-Nya tersurat dan tersirat  di (QS Al Hajj [22]  : ayat 69): “Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.

Toleransi tak akan menghilangkan sifat beda. Kian beda kian menambah daya saing. Akankah kawanan yang lapar kuasa, haus kaya, dahaga kuat mampu memikirkan bangsa dan negara. Hukum rimba berlaku di belantara syahwat politik Nusantara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar