mangan ora mangan sing
penting ojo kepangan
Semboyan apa itu kang? Mewakili kondisi teranyar adab peradaban politik
Nusantara? Apa sekedar bentuk praktik lokal sila Persatuan Indonesia. Atau ada
udang terbungkuk-bungkuk di balik kepala batu penguasa. Bebas beragumen. Ongkos
tafsir gratis.
Semakin direnungi sepertinya seperti ada yang dimaksud. Jangankan mengolahkata
dengan seksama. Berkentut ria saja ada kode etik. Ada yang dituju yaitu sehat
diri. Kian ditahan malah menjadi biang duka pantat. Biar diduga duduk di kursi
panas.
Kendati bumi bulat tanpa mufakat, namun tidak semua mufakat bulat. Ego sektor
tak mau lebur dengan kebersamaan. Keberagaman bukan berarti saling meniadakan,
menghasilkan bentuk baru. Menu ‘nasakom’ produk unggulan presiden pertama RI,
selama era Orde Lama, tak akan kikis, luntur, lekang digerus zaman. Terus bergulir
dan banyak pihak bergilr, menggilir.
Sinerjitas terasa sumbang karena modal antar anggota koalisi parpol
pro-pemerintah tak seimbang. Asas kedaulatan ada di tangan juara umum pesta
demokrasi menjadi pasal utama. Tak ada kursi gratis walau sesame berbiaya
politik non-budgeter. Sama-sama berhal menjual negara nantinya.
Setetes air bisa menentukan kesimbangan. Sejuta rupiah kurang serupiah,
tetap tak bisa dibilang satu juta rupiah. Nilai selisih yang kelihatannya tak
bernilai, bisa membuat perselisihan tanpa akhir. Caleg yang perolehan suara tak
mampu dapat kursi, suara pemilih terbuangkah.
Tidak hanya manusia sebagai individu, kaum atau bangsa pun doyan
berselisih. Dinamika sejarah manusia dikarenakan adanya perselisihan. Jangan heran
jika petunjuk-Nya tersurat dan tersirat di
(QS Al Hajj [22] : ayat 69): “Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat
tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.”
Toleransi tak akan menghilangkan sifat beda. Kian beda kian menambah daya
saing. Akankah kawanan yang lapar kuasa, haus kaya, dahaga kuat mampu
memikirkan bangsa dan negara. Hukum rimba berlaku di belantara syahwat politik
Nusantara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar