bernafas pun,
kalau tidak dengan ridho-Nya
Keadaan manusia
di saat sakaratul maut. Sebagai gambaran eksistensi nafas. ‘menghembuskan nafas
selama-lamanya’ menandakan ybs telah meninggal dunia. Meninggalkan dunia menuju
tujuan akhir setelah kenyang melepas dagaha di dunia.
Jangan sampai
melantur, sangat menarik bahwasanya soal ‘nafas’ hanya dua kali tersurat di Al-Qur’an.
Salah satunya yang mengusik tabiat awamku adalah penjelasan di (QS Al Qiyaamah
[75] : 26): “Sekali-kali
jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,”
Masih ingat di
PPPK ada pernafasan buatan, nafas bantuan. seseorang telah meninggal dunia
perlu SK dari dokter. Secara medis, klinis ada pengertian bahwa ybs sudah tak
bernyawa.
Apa hubungan
antara nafas dengan nyawa. Mengingat ilmu saya terbatas, oleh karena itu saya
ajak pembaca cari tahu. Agar tak semakin keblusuk.
Wajib kembali ke Al-Qur’an.
Simak dengan seksama penjelasan di (QS Al Waaqi'ah [56] : 83): “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,”.
Penjelasan kebahasaan,
Al Waaqi'ah = Al Qiyaamah atau Hari Kiamat.
Apa kaitannya
dengan diri kita. Simple dan sederhana. Sebelum
lupa. Pasien dipasang pipa terhubung dengan tabung oksigen. Membantu kinerja
hidung pada tugas dan fungsi utamanya.
Pengalaman penulis
yang bersyukur dengan penyakit asma. Saat kambuh, sesak nafas. Tarik nafas
tidak bisa sampai penuh, panjang. Detak jantung menjadi abnormal. Pelan santai
detaknya. Jangan langsung curiga, terkadang asam lambung ikut andil.
Usi dan atau umur
bonus, melampaui batas umur Rasulullulah saw. Secara jasmani, fisik, ragawi
kulakukan kebijakan pribadi. Selain ada kegiatan fisik untuk ibadah dan laku
amaliah. Jalan cepat, senam ringan, olah nafas dan push-up tangan
mengenal menjadi menu harian.
Saat tidur malam,
jiwa dalam genggaman-Nya. Sigap dengan ketetapan-Nya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar