niatan olahkata, tata
kalimat vs industri berita
Wilayah udara Nusantara termanfaatkan selama 24 jam sehari semalam oleh
semua pihak. Partikel polutan berasal dari aneka ujaran bebas. Bercampur,
berbaur, bergaul resmi antara produk mulut dan aroma kentut. Bahan baku yang
sama, beda daya pelepasan.
Membumi. Tak kalah meriangnya, demam berbahasa tulis. Laporan kejadian
perkara, sedang direncanakan sudah basi. Kalah cepat dengan pemburu berita. Waspada
untuk duduk di tempat yang tidak tepat. Gerakan atau suara aneh langsung diolah
oleh radar sebagai pratanda. Penggunaan jam bicara tidak sesuai rambu. Siap ditilang.
Mobiltas mulut sebagai pabrik berjalan dengan produk andalan ujaran bebas. Dilengkapi
dengan kepekaan ujung jari untuk bertransaksi maya. Goyang lidah bersaing ketat
dengan tarian jari di atas ring kehidupan.
Gaya hidup tidak hanya pada penggunaan produk asing, berklas. Kian buka
mulut dan atau jari menari bebas, merasa bagian utama dari penguasa. Akhirnya,
orang bukan berburu berita. Sebaliknya, berita mencari orang yang mau menjadi
korban. Sedemikan ramahnya TIK.
Pukul rata, anak bangsa pribumi macam apa yang gemar merekayasa,
memanipulasi berita. Kemungkinan serba mungkin, yang saraf dan syahwat
ideologinya sudah busuk sebelum matang.
Kemungkinan paling mungkin, pihak yang membaca “lembar berita” ini, tanpa diharap langsung. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar