méntal
radikal kawanan penguasa, khafilah tak berlalu tetap menggonggong
Indonesia suka sama suka, hasil tetap jeblok.
Skenario paling jempolan dan sudah teruji, tak mampu menembus batas waktu. Digenjot
tenaga dalam maupun tenaga luar, memang sebegitunya. Ramuan ajaib disangsikan
menjadi alat buka aib.
Faktor sumber daya bawaan (endowment) yang dimililki tiap manusia Indonesia tak seimbang dengan
program/kegiatan pembangunan manusia. Kendati alokasi anggaran untuk kesehatan,
pendidikan, dan perlindungan sosial terus digenjot, anak bangsa pribumi totok
tetap tak bergeming dari posisinya.
Cita-cita pendiri bangsa ini: menjadi bangsa pemenang. Dirintis dengan manusia Indonesia wajib punya
amalan Pancasila. Mulai sila pertama sampai ke sila kelima. Kemudian daripada
itu, balik dari sila kelima meluncur ke sila pertama. Dibuktikan dengan
sertifikat berjenjang sesuai tingkat kebahagian masyarakat Indonesia.
Indeks Kebahagiaan Masyarakat Indonesia ini disusun
oleh tiga dimensi yaitu Kepuasan Hidup, Perasaan dan Makna Hidup.
Penelitian di bidang psikologi kognitif maupun
psikolinguistik membuktikan bahwa berpikir kritis bisa dilatih, pada orang yang
sudah dewasa sekalipun. Ironis binti miris jika manusia Indonesia yang katanya
unggul. Sejak dalam kandungan sampai
tumbuh mandiri, krisis daya kritis.
Aneka elemen berpikir kritis yang dijadikan acuan
umum adalah memahami pengertian praduga, memahami praduga, menilai kebenaran
suatu praduga, jenis-jenis kesalahan berpikir, dan jenis argumen.
Kemanfaatan budaya "Berpikir Kritis" walau
tertatih-taih diyakini akan mengasah daya kritis. Daya baca anak bangsa pribumi,
tergantung melek teknologi. Tolok ukur utama pada kemampuan menganalisa tulisan dan
kemampuan membuat tulisan argumentatif. Fakta yang ada malah menjadi barang
langka.
Modal terpenting dalam pemerataan pembangunan adalah
manusia yang berbudaya, yang memiliki akal budi serta berkomitmen pada tata nilai
kebaikan bersama. Terasa kian melangkakan bangsa berdaya kritis.
Sensitivitas anak bangsa cenderung memmaki pola sumbu
pendek. Olahkata saya bertajuk “pendidikan politik Nusantara, daya dong rendah
vs telat mikir”, menjadi jawaban.
Karakter lokal manusia dengan daya pikir, olah nalar,
asah logika yang dominan bermetoda glass box, adalah daya
responsifnya bersifat spontan. Tanpa pikir panjang atau tanpa proses otak dan
hati.
Singkat kata, bijak belanja adalah membeli yang
dibutuhkan, diperlukan dan sesuai kemampuan daya belanja. Bukan daya beli. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar