lantang akhir periode
kian kerontang
Wajar jika orang lupa akan jati dirinya. Saking lihai memanipulasi watak
diri, sudah tak tahu ini bohongan atau dunia nyata. Padatnya acara diimbangi
tinggal pilih menu politik harian. Sesuaikan dengan hari baik. Tetap mengacu
pada skenario utama.
Sering diberitakan. Antara kaki dan tangannya sudah bukan merupakan
kesatuan kaki-tangan. Dua kaki acap tak mau bersinerji. Masing-masing merasa
pegang rahasia yang disangganya. Kaki kanan mengajak ke arah kebaikan. Kaki kiri
menjegal maupun sigap menjagal sejak dini niat dan itikad kaki lawan.
Lawak politik semakin menggila dan nggilani. Tangan kanan sudah tidak
percaya pada kinerja dan loyalitas tangan kiri. Kendati tangan kanan untuk
urusan yang baik-baik. Tetap tak mau dikendalikan oleh kaki kanan. Otak kanan
atau otak kiri yang dominan, tak menentukan karir manusia politik. Mikir pinjam
otak orang lain, bukan aib, bukan tabu, bukan nista.
Tanggung jawab sebagai presiden pilihan rakyat, jelas kepada rakyat. Begitu
usai ucap sumpah dan atau janji, peran kepala negara bagi semua rakyat. Bukan bertanggung
jawab kepada partai politik pengusungnya. Kecuali kalau memang mental budak
belian. Tidak hanya itu kawan. Begitulah jalan cerita jika manusia politik
kontrak politik dengan pihak dunia lain.
Memang terjadi di bumi Nusantara. Itu mimpi buruk anak bangsa yang gemar
olok—olok politik. Ketika sadar, serta merta menyalahkan diri sendiri. Tak sempat
menakar kesalahan orang lain. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar