Halaman

Senin, 17 Desember 2018

lantang akhir periode kian kerontang


lantang akhir periode kian kerontang

Wajar jika orang lupa akan jati dirinya. Saking lihai memanipulasi watak diri, sudah tak tahu ini bohongan atau dunia nyata. Padatnya acara diimbangi tinggal pilih menu politik harian. Sesuaikan dengan hari baik. Tetap mengacu pada skenario utama.

Sering diberitakan. Antara kaki dan tangannya sudah bukan merupakan kesatuan kaki-tangan. Dua kaki acap tak mau bersinerji. Masing-masing merasa pegang rahasia yang disangganya. Kaki kanan mengajak ke arah kebaikan. Kaki kiri menjegal maupun sigap menjagal sejak dini niat dan itikad kaki lawan.

Lawak politik semakin menggila dan nggilani. Tangan kanan sudah tidak percaya pada kinerja dan loyalitas tangan kiri. Kendati tangan kanan untuk urusan yang baik-baik. Tetap tak mau dikendalikan oleh kaki kanan. Otak kanan atau otak kiri yang dominan, tak menentukan karir manusia politik. Mikir pinjam otak orang lain, bukan aib, bukan tabu, bukan nista.

Tanggung jawab sebagai presiden pilihan rakyat, jelas kepada rakyat. Begitu usai ucap sumpah dan atau janji, peran kepala negara bagi semua rakyat. Bukan bertanggung jawab kepada partai politik pengusungnya. Kecuali kalau memang mental budak belian. Tidak hanya itu kawan. Begitulah jalan cerita jika manusia politik kontrak politik dengan pihak dunia lain.

Memang terjadi di bumi Nusantara. Itu mimpi buruk anak bangsa yang gemar olok—olok politik. Ketika sadar, serta merta menyalahkan diri sendiri. Tak sempat menakar kesalahan orang lain. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar