Halaman

Sabtu, 29 Desember 2018

profil manusia politik Nusantara, tampang kriminal vs wajah sangar

profil manusia politik Nusantara, tampang kriminal vs wajah sangar

Tak perlu dukungan data, fakta maupun bukti otentik, original. Bukan asumsi historis. Agar tak salah penafsiran, coba simak media layar kaca dan atau media cetak. Sampai tingkat petugas partai dengan segala gaya ujar dan olah laku. Khususnya pada acara, adegan, atraksi siaran langsung diskusi, dialog, debat.

Pemirsa layar kaca bisa terhibur getir. Pindah saluran ke film animasi. Kepepetnya terpaksa dengar promo produk barang tak jelas. Selingan acara banyolan oleh tukang kocok perut. Acara masak cukup melegakan selera.

Tampilan sosok dimaksud, tak pandang jenis bulu dan sillsilah. Pemain watak jelas kalah klas. Antara akting dengan spontanitas, masuk daerah abu-abu. Tampil sendirian atau dipagar betis, penuh gaya dan lagak natural. Tak dibuat-buat. Apa adanya, memang begitu orangnya.

Lebih mendekati ke adegan jalanan yang tak kenal basa-basi. Bahasa yang diucap lisan, seolah tanpa kontrol, kendali, koordinasi. Bebas aktif meluncur. Masih bagus ada titik dan atau koma. Suhu politik mengarahkan mereka ke alam hukum rimba. Jelas dan jelas, siapa memang sedang menjadi apa. Tak perlu pura-pura atau malu-malu kucing. Yang masih punya adab, mulanya jinak-jinak merpati.

Maka dari itu, karakter dasar, watak tokoh-tokoh di dunia wayang kalah pamor dengan kejadian nyata di panggung politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar