olahkata dan atau
oplosan kalimat ke-3000
Pakai standar norma dan
moral Nusantara. Tema, gaya, ragam bahasa yang digunakan, tetap menyuratkan dan
menyiratkan rasa jujur seutuhnya. Menulis dengan modal ini, terasa nyaman di
lidah dan ujung jari. Menyejukan mata dan telinga. Jauh dari modus menistakan
diri.
t.m.t 1 April 2012,
dengan bantuan anak bungsu. Punya blogspot pribadi. Awalnya ingin menayangkan
puisi karya 2011. 3 judul. Tanpa kompromi, ada hasutan dari dalam, merambah ke
artikel. Karena menulis artikel wajib punya ilmu dan tahu kode etik, aturan
mainnya.
Hasil nyata. Sampai akhir
2012, hanya mampu tayangkan 4 judul. 2013 meningkat 10x. Total sampai tulisan
ini ditulis, ini yang ke-3000 (tiga ribu).
Jauh waktu sebelumnya,
tulisan saya muncul di Opini MPR. Masuk majalah Majelis beberapa kali. Lanjut ke
rubrik Fokus Publik Republika. Konstributor laman Wasathon.com.
Kian menarik dan menjaga
stamina menulis. Membaca dan pendengar yang bijak. Tak terbatas lokasi tempat
dan peredaran waktu. Radar diri dengan sigap menangkap kalimat. Tak perlu lihat
siapa yang berujar. Celoteh anak pun bisa menjadi sumber inspirasi.
Terjemahaan Al-Qur’an ke
dalam bahasa Indonesia dan sunnah Rasul, menjadi senjata utama untuk betah di
depan layar laptop. Kamus bahasa menjadi teman ramah memperkaya khazanah. Olahkata
tayang di rubrik Fokus Publik, Republika. Hati senang, jiwa tenang. Rekam jejak
sebagai PNS tak bisa diabaikan, dilepaskan begini saja.
Bersegera meramu hasil
radar hati. Endapkan agar menemukan kata keluar. Menunda kebajikan untuk
memantapkan kandungan tulisan nantinya.
Menulis dengan kata
manis, kubuktikan minum susu oplosan tanpa gula. Terasa lezat di lidah. Susu orangtua,
campur bubuk kedelai, serbuk jahe merah. Terkadang disedu dengan air rendaman
kopi hitam. Air tajin pun bermanfaat bagi usus yang tak lagi muda.
“Ya. Allah mudahkan
tanganku untuk menegakkan kalimat-Mu.”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar