Halaman

Rabu, 26 Desember 2018

olahkata dan atau oplosan kalimat ke-3000


olahkata dan atau oplosan kalimat ke-3000

Pakai standar norma dan moral Nusantara. Tema, gaya, ragam bahasa yang digunakan, tetap menyuratkan dan menyiratkan rasa jujur seutuhnya. Menulis dengan modal ini, terasa nyaman di lidah dan ujung jari. Menyejukan mata dan telinga. Jauh dari modus menistakan diri.

t.m.t 1 April 2012, dengan bantuan anak bungsu. Punya blogspot pribadi. Awalnya ingin menayangkan puisi karya 2011. 3 judul. Tanpa kompromi, ada hasutan dari dalam, merambah ke artikel. Karena menulis artikel wajib punya ilmu dan tahu kode etik, aturan mainnya.

Hasil nyata. Sampai akhir 2012, hanya mampu tayangkan 4 judul. 2013 meningkat 10x. Total sampai tulisan ini ditulis, ini yang ke-3000 (tiga ribu).

Jauh waktu sebelumnya, tulisan saya muncul di Opini MPR. Masuk majalah Majelis beberapa kali. Lanjut ke rubrik Fokus Publik Republika. Konstributor laman Wasathon.com.

Kian menarik dan menjaga stamina menulis. Membaca dan pendengar yang bijak. Tak terbatas lokasi tempat dan peredaran waktu. Radar diri dengan sigap menangkap kalimat. Tak perlu lihat siapa yang berujar. Celoteh anak pun bisa menjadi sumber inspirasi.

Terjemahaan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia dan sunnah Rasul, menjadi senjata utama untuk betah di depan layar laptop. Kamus bahasa menjadi teman ramah memperkaya khazanah. Olahkata tayang di rubrik Fokus Publik, Republika. Hati senang, jiwa tenang. Rekam jejak sebagai PNS tak bisa diabaikan, dilepaskan begini saja.

Bersegera meramu hasil radar hati. Endapkan agar menemukan kata keluar. Menunda kebajikan untuk memantapkan kandungan tulisan nantinya.

Menulis dengan kata manis, kubuktikan minum susu oplosan tanpa gula. Terasa lezat di lidah. Susu orangtua, campur bubuk kedelai, serbuk jahe merah. Terkadang disedu dengan air rendaman kopi hitam. Air tajin pun bermanfaat bagi usus yang tak lagi muda.

“Ya. Allah mudahkan tanganku untuk menegakkan kalimat-Mu.”.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar