orang tak mau dengar tulisanmu
Bermula dari bertajuk
“méntal radikal kawanan penguasa, khafilah tak berlalu
tetap menggonggong”. Memutarbalikkan
peribahasa berdasarkan fakta yang sedang bergulir. Agar tampak kebenarannya,
tambah menu “seramah-ramah anjing menggonggong,
sesekali akan menggigit juga”. Pendayagunaan
akal ciri khasnya manusia, berpikir paralel demi efisiensi waktu. Oplosannya
berupa kombinasi. Memakai istilah asing agar tampak citra rasa global.
Rakyat yang bebas publikasi, jauh dari endusan hidung penguasa, sibuk
ekonomi sehari. Rakyat tak kenal peluh dan keluh. Babakan kehidupan harian yang
rutin, tipikal, standar, dilakoninya dengan hati senang dan jiwa tenang. Mau
apa lagi. Mau buka suara, takut mendapat stigma merongrong wibawa negara.
Apalagi protes secara masal, unjuk rasa dan unjuk raga turun gunung.
Suka-suka
memplagiat judul olahkata sendiri, yaitu “pahami
bahasa China, agar kita selamat dari keburukannya”. Pemirsa yang budiman, budi pekerti, budi luhur jauh lebih dong daripada
saya.
Cerdas politik butuh rasa gubris
membaca peluang. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tidak perlu jadi
petarung politik. Bebas biaya politik. Cukup siap, sedia, siaga, sigap diri – tidak perlu mikir –
total melaksanakan skenario politik. Jangan heran, stigma petugas partai bagi
oknum kepala negara, presiden 2014-2019. Ingat bonus idéologi non-Pancasila,
tak pakai lama vs tidak perlu mikir.
Media sosial menjadi ajang
menistakan diri dengan aneka ujaran tertulis. Bahasa yang dipakai, semakin liar
merasa semakin cerdas politik. Mereka, pihak yang ahli menistakan diri, dengan
bangga dan sengaja menjerumuskan diri, memblusukkan diri sebagai pecundang. Olok-olok
politik, awal bobrok dan borok moral bangsa.
Ironis binti miris, ikhwal di atas bukan
monopoli yang tak makan bangku sekolah. Didominasi penyandang gelar akademis.
Berderet dan lebih panjang ketimbang nama diri.
Résistensi atau ketahanan jaringan
kekuatan antar rakyat, Belanda pun tak mampu menerobosnya. Penjajah bangsa
sendiri dengan sadar total menciptakan olok-olok politik. Memanfaatkan jasa
TIK. Semakin gencar, ibarat membongkar batu demi batu yang menyusun pondasi
penguasa. Di atas tanah, di samudera, di angkasa raya pertahanan tampak
digdaya, satu komando. Berdaya pukul ampuh bin manjur. Sekali gebuk, tiga lalat
melayangkan nyawanya sia-sia.
Bangsa ini
familier dengan sebutan agen ganda. Lanjut dengan standar ganda, jabatan ganda.
Sedang heboh di tahun politik atau akhir periode 2014-2019 adalah propaganda. Kalau
pengganda uang, lagu lama. Pengganda jabatan menjadi hak prerogatif ybs. Rekam
jejak, jam terbang di atas rata-rata nasional.
Urusan dunia
jangan dicampuradukkan dengan urusan akhirat. Penulis bersyukur, bonus usia dan
atau umur. Eksis bermodal laptop, busana putih dan hem batik. Tak masuk pasal
di awal alinéa ini. Memadukan,
menterpadukan antara pasal dunia dengan pasal akhirat.
Agar tetap fokus
di jalan lurus, utamakan urusan akhirat. Menambah bekal modal amal. Menjaga silaturahmi
dan ahli masjid. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar