Halaman

Kamis, 20 Desember 2018

orang tak mau dengar tulisanmu


orang tak mau dengar tulisanmu

Bermula dari bertajuk “méntal radikal kawanan penguasa, khafilah tak berlalu tetap menggonggong”. Memutarbalikkan peribahasa berdasarkan fakta yang sedang bergulir. Agar tampak kebenarannya, tambah menu “seramah-ramah anjing menggonggong, sesekali akan menggigit juga”. Pendayagunaan akal ciri khasnya manusia, berpikir paralel demi efisiensi waktu. Oplosannya berupa kombinasi. Memakai istilah asing agar tampak citra rasa global.

Rakyat yang bebas  publikasi, jauh dari endusan hidung penguasa, sibuk ekonomi sehari. Rakyat tak kenal peluh dan keluh. Babakan kehidupan harian yang rutin, tipikal, standar, dilakoninya dengan hati senang dan jiwa tenang. Mau apa lagi. Mau buka suara, takut mendapat stigma merongrong wibawa negara. Apalagi protes secara masal, unjuk rasa dan unjuk raga turun gunung.

Suka-suka memplagiat judul olahkata sendiri, yaitu “pahami bahasa China, agar kita selamat dari keburukannya”. Pemirsa yang budiman, budi pekerti, budi luhur jauh lebih dong daripada saya.

Cerdas politik butuh rasa gubris membaca peluang. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tidak perlu jadi petarung politik. Bebas biaya politik. Cukup siap,  sedia, siaga, sigap diri – tidak perlu mikir – total melaksanakan skenario politik. Jangan heran, stigma petugas partai bagi oknum kepala negara, presiden 2014-2019. Ingat bonus idéologi non-Pancasila, tak pakai lama vs tidak perlu mikir.

Media sosial menjadi ajang menistakan diri dengan aneka ujaran tertulis. Bahasa yang dipakai, semakin liar merasa semakin cerdas politik. Mereka, pihak yang ahli menistakan diri, dengan bangga dan sengaja menjerumuskan diri, memblusukkan diri sebagai pecundang. Olok-olok politik, awal bobrok dan borok moral bangsa.

Ironis binti miris, ikhwal di atas bukan monopoli yang tak makan bangku sekolah. Didominasi penyandang gelar akademis. Berderet dan lebih panjang ketimbang nama diri.

Résistensi atau ketahanan jaringan kekuatan antar rakyat, Belanda pun tak mampu menerobosnya. Penjajah bangsa sendiri dengan sadar total menciptakan olok-olok politik. Memanfaatkan jasa TIK. Semakin gencar, ibarat membongkar batu demi batu yang menyusun pondasi penguasa. Di atas tanah, di samudera, di angkasa raya pertahanan tampak digdaya, satu komando. Berdaya pukul ampuh bin manjur. Sekali gebuk, tiga lalat melayangkan nyawanya sia-sia.

Bangsa ini familier dengan sebutan agen ganda. Lanjut dengan standar ganda, jabatan ganda. Sedang heboh di tahun politik atau akhir periode 2014-2019 adalah propaganda. Kalau pengganda uang, lagu lama. Pengganda jabatan menjadi hak prerogatif ybs. Rekam jejak, jam terbang di atas rata-rata nasional.

Urusan dunia jangan dicampuradukkan dengan urusan akhirat. Penulis bersyukur, bonus usia dan atau umur. Eksis bermodal laptop, busana putih dan hem batik. Tak masuk pasal di awal alinéa ini. Memadukan, menterpadukan antara pasal dunia dengan pasal akhirat.

Agar tetap fokus di jalan lurus, utamakan urusan akhirat. Menambah bekal modal amal. Menjaga silaturahmi dan ahli masjid. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar