konsep waktu dan
antisipasi urusan dunia
Umat Islam yang mengacu demi waktu, sesuai firman-Nya. Lebih cenderung
melihat waktu adalah peluang. Tak akan berulang datang lagi. Waktu tak perlu
dikejar. Tak perlu terbutu-buru. Padahal karakter manusia adalah sifat
tergesa-gesa. Manusia telah dijadikan (bertabiat)
tergesa-gesa.
Penjelasan wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW, termaktub di (QS Al
Israa' [17] : ayat 11): “Dan manusia
mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia
bersifat tergesa-gesa.”
Manusia beriman yakin bahwa dunia merupakan tempat ujian. Para nabi adalah
orang yang paling berat menerima ujian. Tercatat, ada pengikut, penganut yang
mengkhianati nabinya sekaligus memanipulasi ajarannya.
Sabar yang bagaimana. Cerna adanya perintah bersabar dari Allah swt. Tak
usah pikirkan apa ganjaran bagi rang yang bisa bersabar. Kapan kita harus
bersikap sabar. Mulai saat menghadapi penyakit. Lanjut uji sabar saat
menghadapi sesuatu yang tidak kita
harapkan, bahkan yang kita benci. Sampai sabar saat menghadap
peperangan.
Agar rasa sabar tak berat sebelah, tampak gagah di awal, imbangi dengan
rasa bersyukur. Urusan akhirat, lihat ke atas. Urusan dunia, lihat ke bawah.
Urusan perut, lihat mulut sendiri. Panggilan dinas tugas bawah perut di atas
lutut.
Sabar adalah proses waktu. Sabar bukan berati pasif. Bukan sekedar pasrah
dengan kondisi dan kenyataan yang dihadapi. Agar tak bias, kita pahami dalil:
semakin kuat keimanan, maka semakin berat ujiannya.
Kita mau hidup lama di dunia, masa ujian juga akan semakin lama. Mau hidup
enak di dunia, ujiannya semakin tidak mengenakkan. Ternyata masih banyak pasal
yang menjelaskan rasa sabar. Manusia dituntut untuk kemanfaatan dirinya
sendiri, agar tetap taat sabar. Sabar saat mentaati kesabaran.
Kadar waktu belum berimbang dijelaskan. Batasan waktu, semisal kita kenal “ishoma”.
Sepenting rapat bahas duduk bareng, maka tengah hari masuk ke sesi: istirahat,
sholat dan makan. Kegiatan malam hari, cari waktu aman adalah setelah isya’. Waktu
yang menunjukkan pukul, masih dianggap aneh.
Tugas berangkat dengan pesawat terbang pagi. Pukul 5-an, atau sebelum fajar
berkibar, terang tanah. Faktor jarak menentukan kearifan manusia. muncul sifat
non-tergesa-gesa. Tegakkan subuh di bandara. Berangkat pasca subuh, lalu lintas
tak bisa diprediksi. Mengandalkan teman yang sudah check-in. Datang pas boarding. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar