Halaman

Rabu, 05 Desember 2018

konsep waktu dan antisipasi urusan dunia


konsep waktu dan antisipasi urusan dunia

Umat Islam yang mengacu demi waktu, sesuai firman-Nya. Lebih cenderung melihat waktu adalah peluang. Tak akan berulang datang lagi. Waktu tak perlu dikejar. Tak perlu terbutu-buru. Padahal karakter manusia adalah sifat tergesa-gesa. Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.

Penjelasan wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW, termaktub di (QS Al Israa' [17]  : ayat 11): “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”

Manusia beriman yakin bahwa dunia merupakan tempat ujian. Para nabi adalah orang yang paling berat menerima ujian. Tercatat, ada pengikut, penganut yang mengkhianati nabinya sekaligus memanipulasi ajarannya.

Sabar yang bagaimana. Cerna adanya perintah bersabar dari Allah swt. Tak usah pikirkan apa ganjaran bagi rang yang bisa bersabar. Kapan kita harus bersikap sabar. Mulai saat menghadapi penyakit. Lanjut uji sabar saat menghadapi sesuatu yang tidak kita  harapkan, bahkan yang kita benci. Sampai sabar saat menghadap peperangan.

Agar rasa sabar tak berat sebelah, tampak gagah di awal, imbangi dengan rasa bersyukur. Urusan akhirat, lihat ke atas. Urusan dunia, lihat ke bawah. Urusan perut, lihat mulut sendiri. Panggilan dinas tugas bawah perut di atas lutut.

Sabar adalah proses waktu. Sabar bukan berati pasif. Bukan sekedar pasrah dengan kondisi dan kenyataan yang dihadapi. Agar tak bias, kita pahami dalil: semakin kuat keimanan, maka semakin berat ujiannya.

Kita mau hidup lama di dunia, masa ujian juga akan semakin lama. Mau hidup enak di dunia, ujiannya semakin tidak mengenakkan. Ternyata masih banyak pasal yang menjelaskan rasa sabar. Manusia dituntut untuk kemanfaatan dirinya sendiri, agar tetap taat sabar. Sabar  saat mentaati kesabaran.

Kadar waktu belum berimbang dijelaskan. Batasan waktu, semisal kita kenal “ishoma”. Sepenting rapat bahas duduk bareng, maka tengah hari masuk ke sesi: istirahat, sholat dan makan. Kegiatan malam hari, cari waktu aman adalah setelah isya’. Waktu yang menunjukkan pukul, masih dianggap aneh.

Tugas berangkat dengan pesawat terbang pagi. Pukul 5-an, atau sebelum fajar berkibar, terang tanah. Faktor jarak menentukan kearifan manusia. muncul sifat non-tergesa-gesa. Tegakkan subuh di bandara. Berangkat pasca subuh, lalu lintas tak bisa diprediksi. Mengandalkan teman yang sudah check-in. Datang pas boarding. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar