krisis daya kritis vs krisis ramah kritik
Nasib jalan tak berubah. Kendati dengan UU 51/2008
berubah menjadi kota. Beda dengan kawasan yang ditangani pengembang secara
komersial, professional. Melangkahkah kaki tak nyaman dan was-was disenggol
spion mobil. Klakson bertubu-tubi dari premotor.
“Enaknya”, minim rambu-rambu lalin yang berdaya damai di
tempat. Kecuali penunjuk lokasi, masuk zonasi sekolah. Jangankan trotoar. Kabel
PLN saja terpaksa bongkar pasang got. Jangan tanya manfaat got, selokan,
pematusan pinggir jalan. Bersyukur, jalan sudah dicor beton antisipasi banjir.
Sebagian dengan aspal.
Lebar jalan raya kecamatan dua arah. Pas untuk dua mobil.
Apa andalan PAD kotaku. Akhirnya melirik PBB. Cek ulang luas bangunan, lantai
penentu tarif. Soal air sulit di musim kemarau, menjadi tanggung jawab
penghuni. Pemkot sudah membangun pompa air dan menara air di lapangan. Gerobak
dorong atau motor tiga roda, siap antar jerigen air.
Lokasi perumahan bekas sawah, harga murah. Hujan mengalir
ke tempat yang lebih rendah. Mencari sawah atau bekasnya. Tanggul
sungai dan pompa air, membuat hidup tak lagi was-was. Tipe rumah sudah bak
rumah elit kota. PSK (pedagang sayur keliling) masih beroperasi. Penjahit
keliling tetap punya pelanggan setia.
Lokasi perumahan yang berbatasan langsung dengan ibukota
NKRI. Warga kurang akrab, atau tak tahu kantor walikota. Dengan Lurah, tak
semua warga tahu. Apalagi kenal. Warna politik terasa karena ada beberapa warga
menjadi anggota dewan. Generasi cucu yang meramaikan lingkungan. Beda zaman,
kerukunan juga tak sama. Lapangan OR menyatukan generasi sekarang.
Kehidupan masjid tak lepas dari ringan tangan pelaku
usaha rumah tangga. Omzet merambah sesuai hukum ekonomi. Kemakmuran masjid
tergantung kebijakan pihak yayasan dan atau DKM. Jamaah yang homogen karena
usia, pendatang awal, tak banyak cingcong.
Jabatan Ketua RW menjadi bergensi atau faktor lainnya.
Menjaga status kota sampai tata tertib warga. Pasukan oranye hanya ambil sampah
dapur di bak sampah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar