harapan bangsa Bung!,
bukan sarapan mangsa
Syahwat politik Nusantara di ambang bawah reformasi
kian terdegradasi akibat pemanfaatan internet melampaui kapasitas si penggguna
aktif. Manfaat nyata yang menguntungkan perusahaan politik adalah interaksi
sosial menjadi praktis. Aneka janji kampanye tak perlu transaksi tunai.
Generasi medsos sebagai pemilih pemula pada pemilu
pertama di era reformasi, 1999, sudah semakin melek politik. Beda nasib dengan
pemilih pemula pada pesta demokrasi 2004, 2009 dan 2014. Maksud hati mengatakan
semakin melek politik berbanding terbalik dengan kematangan jiwa politik.
Tragis binti miris, generasi medsos yang
berpengalaman menggunakan hak pilihnya di pemilu semasa Orde Baru, bukannya tak
terpapar proses pembodohan diri.
Tiadanya panutan secara politis. Sistem perpolitikan
pun kurang menyejukan. Serta deretan aksi praktik KKN terutama tipikor, menjadi
pemacu dan pemicu gerah bangsa.
Hebatnya lagi, perusahan partai politik skala ruma
tangga maupun multinasional, semakin buta mata berebut pasar pemilih. Pilihan utama
nyaris seragam. Menggunakan kemanfaatan TIK atau internet untuk modus operandi
pemasaran asas politiknya.
Tahun politik atau akhir periode 2014-2019 tensi, rasa
curuga, aroma irama syahwat politik penguasa kian liar. Konsilidasi ke dalam
menambah rasa tak percaya diri. Berbagi kursi. Semakin banyak parpol atau oknum
pendukung, kursi terbatas.
Agaknya, antar generasi medsos dibiarkan tarung
bebas. Sedikit dikasih umpan kata, langsung digoreng. Menjadi senjata untuk
membodohi diri sendiri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar