Halaman

Jumat, 07 Desember 2018

rakyat perut kosong vs penguasa tanpa kursi


rakyat perut kosong vs penguasa tanpa kursi

Jangan bicara takdir, nasib jika tak punya ilmu. Camkan dalam hati ikhwal beriman dengan takdir baik dan takdir buruk. Pelajari kebenaran dan hakikat takdir. Penentuan takdir sebelum penciptaan yaitu takdir Allah terhadap tiap-tiap manusia yang telah ditulis di Lauhul Mahfudz. Usia dan rezeki sesuai dengan takdir. Segala sesuatu ada takdirnya.

Menyoal judul, memang taa kan lepas dari penegasan-Nya tersurat dan tersirat  di (QS Al Hadiid [57]  : ayat 22): “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Meramal nasib mengakibatkan kekufuran. Kupas tentang kufur, lebih pas tanya ke ahlinya.

Demikianlah dengan pencitraan rakyat. Agar tak asing, berdaya saing, berwatak singa, ahli mengais rezeki. Beginilah watak sebagai tukang olahkata. Ternyata ada saja olahkata tentang ‘rakyat’. Di tahun politik, tahun kalender 2018, tercatat judulnya:
adab rakyat mendukung pemerintah, bukan sang oknum penguasa tunggal
antisipasi tahun krisis politik, rakyat wajib dicekoki Pancasila
bahasa penguasa vs bahasa rakyat
banyak rakyat banyak rezeki
Budaya Nerimo Rakyat Adalah Doa
dékade ketiga reformasi, Rakyat kembali berdaulat
demokrasi tanpa perantara, wakil rakyat vs wakil Pancasila
di éra mégatéga, hukum téganya ke rakyat kecil
dikotomi rakyat Indonesia, suara (hati) rakyat vs suara (tangan) rakyat
dilema dua periode, hak politik rakyat vs hak kursi penguasa
habis suara rakyat dibuang
Indonesia butuh tangan dingin rakyat
Indonesia kekini-kinian, menari di atas bangkai rakyat vs kontrak di bekas rumahnya
Indonesia, buruk politik rakyat dibelah
INDONESIA–ku 73 tahun, derita rakyat vs kuasa pejabat
INDONESIA–ku 73 tahun, dukungan parpol vs pilihan rakyat
INDONESIA–ku 73 tahun, jenjang rakyat vs kesenjangan bangsa
kepercayaan rakyat jangan disekolahkan
ketika rakyat déhém ringan, penguasa serta merta blingsatan, salting
Makanya, Jangan Khianati Rakyat
mana banteng ketaton, rakyat Papua menungu tindak tandukmu
menakar derita rakyat dari meja istana presiden
menakar ratio wakil rakyat, banyak rakyat banyak kursi
Mengorbankan Rakyat Kecil, Demi Apa dan Untuk Siapa
menyerobot hak rakyat akhirnya menjadi robot politik
musuh rakyat vs sahabat pejabat
narkoba, jadikan musuh rakyat
origami vs seni melibas kepercayaan rakyat
politisasi BBM, utamakan kemakmuran rakyat
pro-rakyat tidak harus merakyat
rakyat adil, makmur, sejahtera sudah terwakili
rakyat perut kosong vs penguasa tanpa kursi
rakyat sadar ULN dan swasembada belanja rumah tangga
Sigap Rakyat Nusantara Menata Ulang Adab Berbangsa
Sigap Rakyat Nusantara Mulai Dari Nol
suara rakyat vs tangan penguasa
Tebar Sembako dan Makan Gratis, Jangan Korbankan Rakyat
tutup buku éra mégatéga, gigihnya rakyat miskin vs ganasnya penguasa kaya
watak koruptif penyelenggara negara = radikalisasi ideoligi + teorisasi Pancasila + kibulisasi rakyat . . .
Ya Allah, Semoga Indonesia Mengenal Rakyatnya

Terkait, terikat dengan judul, apanya yang lucu. Sudah dijawab dengan judul “sisi kelam kampanye negatif, politisi butuh dana vs pengusaha butuh kebijakan publik”. Ditutup tapi bukan diakhiri dengan simaklah judul “taruhan politik Ulama, perpanjangan tangan penguasa vs penyambung lidah penguasa”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar